Minggu, 01 November 2009

CINTA SUCI TAK PERNAH MATI



Ketika jiwa mati di terpa badai, daun semangat gugur menguning, kemudian kering jatuh berserak di hati yang gersang, keyakinan hilang apakah hujan akan mampu membuat akarku kuat menghisap air penyambung hidup, keraguan menerpa tekad mungkinkah beningnya sungai yang sejuk membuat segar tubuh yang layu. Semua sudah ada jodohnya, kasih malam tak akan indah bila tiada pelukan rembulan, sungai tak punya tujuan bila laut menutup diri, sekarang kemanakah tujuan ku dengan lentera jiwa yang padam. Ku coba mencari kemana angan akan bertaut sebab kasih diluar harap.

Wahai jiwa terbalut cinta, jangan mati sebelum ajal. Bukankah engkau telah bersumpah menjadi hamba ratu hatimu. Hidup ini bukan milikmu tapi milik kekasih hati. Hamba sejati tak akan mati bila tuan belum berpulang.

Janji adalah sumpah, sumpah adalah janji, jiwa raga adalah hamba tiada lain hanya mengabdi. Kasih itulah asal tekad diri memacu jantung agar hidup bisa berlangsung. Walau kasih di ujung mata tertutup kabut awan kelabu. Namun asa tetap berkembang menekur langkah menggapai mimpi.

Sinar jinga di ujung angan aku datang membawa luka, setiap langkah ku tercecer jejak kisah cinta kasih yang lara. Tiada lain tekad dihati pergi berperang menantang badai. Aku harus buktikan janji kalau diri sebagai hamba. Wahai sang kekasih hati, kaulah raja dalam hidupku.
(Gusnan Gundul)