Rabu, 29 April 2009

LISTIK OH LISTRIK, MUNGKINKAH DEWA PETIR ITU AKAN DATANG ?


Beberapa waktu yang lalu saya sangat kagum saat membaca majalah SWA yang mengupas tentang PT. PLN Batam. Dari sanalah saya tahu bahwa PT. PLN Batam itu adalah perusahaan mandiri yang terlepas dari manajemen PLN Pusat. “PT. PLN Batam Raih ISO 9001: Sertifikat ISO 900:2000 itu sendiri adalah sebuah sertifikasi standar manajemen mutu yang dikeluarkan oleh badan sertifikasi Internasional untuk standar mutu. Sertifikasi ISO 9001:2000 diberikan kepada perusahaan atau lembaga yang sudah melakukan standarisasi mutu, sesuai dengan standar pelayanan mutu yang diakui secara Internasional. sehingga pelanggan semakin puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PLN Batam” di kutip dari (www.plnbatam.com). Dari kutipan tersebut tampak jelas bahwa standarisasi pelayanan PLN Batam sudah standar internasinal. Keberhasilan PLN Batam ini juga merupakan kerja keras Pemda Kota Batam berkerja sama dengan PLN Batam. PT. PLN Batam bukan hanya satu-satunya PLN mandiri di Indonesia.
Namun di sisi lain, hati saya sangat sedih karena hampir setiap hari di Harian Rakyat Bengkulu, Bengkulu Ekpress, Radar Selatan dan jaringan internet www.facebook.com, Yahoo! Messenger, masyarakat dari tanah kelahiranku Bengkulu Selatan mengeluh karena listrik selalu mati. Bermacam-macam keluhan, mulai dari ungkapan rasa kesal sampai cacian dan makian. Saya sendiri dapat merasakan betapa sakitnya masyarakat, apa lagi saat ini anak-anak sekolah sedang menghadapi ujian nasional dan sebentar lagi UAS. Masa depan anak-anak kita terkorbankan karena listrik mati. Kalau kita sendiri selaku orang tua sudah tidak peduli dengan masa depan anak-anak ini, lantas bagaimana nasib negeri kita ini, bagaimana nasib kita sendiri, bukankah kita butuh anak-anak kita di hari tua kita?.
Kalau melihat dua permasalahan di atas tadi lantas pertanyaan kita “apakah bisa listrik Bengkulu Selatan seperti Batam ?”. Tentu jawabnya TIDAK BISA kalau sama persis sebab ruang dan waktu yang berbeda, di Batam banyak industri dan Batam bisa menjual listrik ke negara tetangga Singapore dan Malaysia, namun Bengkulu Selatan pun bisa listriknya normal dan mandiri disisi kepembangkitan apabila dikelola dengan serius dan ditangan orang yang berilmu. Nah sekarang pertanyaan kita ; Bagaimana cara mengelolanya? Apa ilmunya ?. Memang benar daging sapi yang kwalitas terbaik tidak akan mungkin bisa menjadi rendang yang lezat bila tidak di olah dengan resep terbaik dan koki yang terbaik, itu sudah pasti. Untuk mengelola kelistrikan daerah tentu juga begitu.
Bagaimana cara mengelolanya?. Khususnya untuk energi listrik di Bengkulu Selatan ini yang harus mengelolanya adalah Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan bersama-sama dengan PLN Bengkulu Selatan (seperti Batam). Caranya duduk bersama dan harus ada saling keterbukaan serta tidak boleh saling menyalahkan. Benar secara hak dan kewewenangan PLN yang punya namun yang membutuhkan listrik itu adalah masyarakat Bengkulu Selatan, jadi Pemkab Bengkulu Selatan juga harus bertanggung jawab terhadap kebutuhan masyarakat ini. Antara Pemerintah dan PLN jangan saling lempar tanggungjawab kasihan rakyat yang terkorbankan. Sekali lagi cara mengelolanya adalah dengan kerja sama saling keterbukaan bukan saling menyalahkan.
Apa ilmunya ? Memang benar bagi mereka yang tidak menguasai permasalahan dan ilmu untuk mengatasinya akan menjadi bingung, wajar orang tidak mengerti pasti bingung. Begitu juga dengan pengalaman yang lalu saat saja mengusung program normalisasi listrik paling lambat 90 hari. Hampir semua orang mencemooh saya, tidak mungkin, tidak mengerti perencanaan, dari mana dapat uangnya, omong kosong, anak kecil, jangan mau dibohongi, menipu masyarakat, itulah kata-kata yang di alamatkan kepada saya. Saya selalu tersenyum bila mendengar cemoohan itu, saya cuma berkata dalam hati “saudaraku engkau belum tahu ilmunya maka engkau berprasangka buruk, aku maklum”. Kalau pun seandainya saat itu ada orang yang bijaksana tentu bukan cemoohan yang di sampaikan, saya akan sangat senang bila mereka mengeritik sehat dan berdialog dengan ku, bukan hanya berkata dari jauh, bagaimana caranya kalau memang itu bisa, pasti saya akan membantu pemerintah untuk mewujudkannya, tapi saya tidak berkecil hati walau sampai saat ini masih banyak orang yang masih berfikiran negatif atas ide saya untuk mengatasi krisis listrik ini, sudah berganti Bupati krisis listrik belum juga terselesaikan, sementara uang rakyat dalam bentuk APBD tidak kurang dari Rp. 400 M. Kalaupun mereka punya niat dan saya pasti membantu maka listrik Bengkulu Selatan pasti sudah normal sekitar bulan Pebruari kemarin. (maaf saya tidak kecewa karena tidak terpilih, tapi saya sedih Pemda mengeluarkan uang Rp. 5 s/d 6 M saja tidak mau demi untuk kepentingan masyarakat / rakyat yang dia pimpin).
Untuk mengatasi krisis listrik di Bengkulu Selatan tentu ada ilmu dan caranya. Jangka Pendek; Masyarakat sesungguhnya sudah lelah menunggu listrik normal, maka tidak ada pilihan, kita harus mencari cara untuk mengatasi krisis listrik ini dan dalam jangka waktu pendek ini listrik harus sudah normal. Satu-satunya jalan untuk jangka pendek kita harus mendatangkan pembangkit listrik tenaga Deisel (genset). Kalau kita anggap bahwa kekurangan khusus Bengkulu Selatan saja sekitar 2.500 Kwh, maka kita butuh 6 unit genset dengan kapasitas 500 Kwh. Sedangkan harga 1 unit genset 500 Kwh itu berkisar paling mahal Rp. 1 M jadi untuk 6 unit genset menjadi Rp. 6 M. Harga yang sangat murah bila kita bandingkan dengan kerugian moril dan materil seluruh masyarakat Bengkulu Selatan dengan listrik selalu mati, apalagi kalau kita konversikan dengan kerugian akan masa depan anak-anak kita yang butuh listrik untuk belajar malam. Saya secara pribadi bisa membantu Pemerintah Bengkulu Selatan dengan memberikan hutangan, silahkan bayar 50 % dulu dan sisanya bayar kemudian. (hehehe.... maaf bukan promosi tapi ini untuk Bengkulu Selatan tercinta sebab aku ndiak pacak ngejuak kain pelikat dan jilbab apaulagi tanci politik, cuma luak ini carau aku nolong adiak sanak). Saya secara pribadi sangat meragukan kemampuan genset dari Tugu Mulyo Linggau yang memang dialokasikan PLN Palembang untuk Bengkulu Selatan itu, sebab itu unit sudah sangat tua, pasti jalanautu la bungkuak. (Ops...jangan tersinggung).
Jangka Menengah ; untuk solusi jangka menengah salah satu pilihan yang tepat adalah membantu dan memberikan kemudahan kepada pihak PLN untuk membangun jaringan SUTET antara Manna - Lahat/Pagar Alam, sehingga nantinya listrik Kabupaten Bengkulu Selatan dan sekitarnya sudah masuk jaringan terpadu interkoneksi sumatera. Disamping itu, kita harus mendukung percepatan pembangunan PLTMH di Air Nipis yang katanya sudah mulai di bangun itu.
Jangka Panjang ; Pemerintah Bengkulu Selatan harus berfikir bahwa Bengkulu Selatan harus bisa mandiri secara energi kelistrikan. Memang pertanyaannya mengapa harus mandiri dan apakah itu bisa ?. `Ada beberapa syarat untuk menuju kemajuan suatu daerah antara lain ; 1). Sumber Daya Manusia yang maju dan trampil tersedia, ini bisa dididik dan dilatih. 2). Pelabuhan laut dan udara yang mendukung – Bandara Fatmawati Sukarno dan Pulau Baai Bengkulu 3). Sarana transportasi darat yang murah (Rail Way/Kereta Api) sementara bisa menggunakan truck. 4). Power plant (electric) sumber pembangkit listrik, belum ada. Kalau kita melihat beberapa persyaratan mendasar untuk memajukan suatu daerah di atas tadi maka tidak ada tawar-menawar bahwa pembangkit listrik yang tersedia harus mendukung. Kalau kita lihat kenyataan sekarang maka Bengkulu Selatan jauh panggang dari api, listrik untuk kebutuhan rumah tangga saja tidak cukup apalagi untuk industri. Contoh kecil kita ambil, seandainya kita mau membuat produksi perikanan pasar bawah dan sekitarnya meningkat, kita akan terkendala dengan tidak tersedianya cool storage dan tidak akan bisa membangun cool storage bila listrik tidak ada. Satu lagi bila kita ingin meningkatkan pengahasilan petani padi, tentu kita harus membangun sebuah Rice Milling Unit (RMU) yang modern di mana pada RMU tersebut harus ada dryer dan langsung mesin packaging, untuk itu diperlukan listrik yang cukup besar. Sekali lagi tidak akan maju suatu daerah bila power plant –nya tidak mendukung. Inilah salah satu alasan bahwa Bengkulu Selatan harus bisa mandiri di bidang sumber daya energi kelistrikan ini.
Pertanyaan berikutnya apakah bisa ?. Jawabannya pasti bisa. Bengkulu Selatan mempunyai beberapa sumber energi antara lain air terjun, saya sendiri sudah melihat langsung sumber tersebut salah satunya yaitu air terjun Simpur Ulu Manna, dan beberapa sumber air di kecamatan Air Nipis dan Kecamatan Kedurang Ulu, semua air terjun tersebut bisa di ubah menjadi energi listrik. Bahkan kalau Bendungan Air Nipis itu dikelola dengan baik sehingga air yang masuk dan mengalir melalui saluran primer itu tetap stabil maka setiap terjunan itu bisa di ubah menjadi listrik tanpa mengurangi debit air untuk persawahan dengan menggunakan turbine jenis propeller. Saya sudah hitung setiap terjunan primer itu bisa mencapai tinggi 2 s/d 3 m’head-nya, dengan debit air sekitas 2 m3 perdetik bisa menghasilkan daya di atas 50 Kwh, nah kalau kita bisa manfaatkan 10 titik saja berarti kita sudah mempunyai listrik 500 Kwh yang sangat murah karena bersumber dari air. Kita juga mempunyai sekam / dedak padi yang juga bisa di ubah menjadi energi. Jadi bila ditangan seorang yang berilmu maka Bengkulu Selatan kedepan akan bisa menjadi daerah yang mandiri dengan listrik bahkan bisa menjual listrik ke PLN.
Para pembaca yang budiman itu hanya mimpi indah seorang Gusnan yang tentunya sangat sulit untuk diwujudkan karena bukan saya yang mengambil kebijaksanaan, sebab pada tahun 2002 masih saat Bupati Iskandar Dayok saya sempat mengirim surat permohonan kerjasama pembangunan PLTMH sungai Luas di kaur dengan daya 15 s/d 20 Mwh (sebelum Kaur menjadi Kabupten), dengan investasi murni konsorsium dari Guna Elektro Group dan dana sudah di siapkan sebesar Rp. 200 M, namun sampai saat tulisan ini saya tulis tidak pernah ada jawaban tertulis dari Pemkab Bengkulu Selatan dan saya hanya satu kali di telepon oleh seorang Pejabat Bengkulu Selatan waktu itu, sehingga Guna Elektro memindah investasinya dengan membangun PLTB (Wind Turbine) Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin di Pulau Ende. Melalui tulisan ini saya sampaikan bahwa saya siap membantu tenaga dan fikiran bila pihak Pemkab Bengkulu Selatan membutuhkannya untuk turut mengatasi krisis listrik yang sudah sangat meresakan masyarakat Bengkulu Selatan ini. Yang pasti dewa petir tak mungkin datang menerangi Bengkulu Selatan, hanya kitalah yang bisa merubah nasib kita. (Sudah pernah di terbitkan pada harian radar selatan ;penulis alumni FE Universitas Bengkulu).

Senin, 06 April 2009

PUPUK LANGKAH ?.GAMPANG...PAKAI JURUS LAMA


Oleh : Gusnan Mulyadi, SE. MM

Kelangkaan pupuk merupakan suatu hambat cukup mendasar untuk menyukseskan program swasembada pangan di Kabupaten Bengkulu Selatan, walaupun seungguhnya kelangkaan pupuk ini bukanlah satu-satunya permasalahan yang ada namun masih banyak kelangkaan yang lain, kelangkaan BBM, kelangkaan listrik, gula, beras, minyak goreng, semen, kelangkaan air irigasi yang sering mendera negeri inilah kelangkaan pertama. Apa Cuma itu? Tidak, masih ada kelangkaan kedua, paling parah lagi yaitu kelangkaan orang jujur, pejabat yang peduli rakyat dan bersih, pemimpin yang mengerti persoalan rakyat dan mengerti cara mengatasinya serta kelangkaan pemimpin yang kreatif, inovatif, visioner. Kelangkaan pertama sesungguhnya disebabkan oleh kelangkaan kedua, hal ini menyebabkan negeri ini seolah-olah di kelola oleh orang yang tidak mengerti managemen sehingga jadi amburadur.

997 Ha Sawah Tak Bisa Digarap, Warga seginim Menjerit dan Dua Balita Gizi Buruk Dapat Perawatan Rutin”, cukup tragis memang . (Harian Rakyat Bengkulu Minggu 15 Maret 2009). Saya terkejut membaca berita tersebut. Sekarang timbul pertanyaan bagai mana mengatasi kelangkaan pupuk yang menjadi salah satu penyebab penderitaan rakyat tadi. Saya jadi teringat pelajaran SD dulu yaitu “bahwa cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”. Memang benar pabrik pupuk dikuasai oleh negara (pemerintah pemilik saham 100%) tapi ada yang terlupakan yaitu agar pupuk tersebut sampai kepada rakyat petani, harus melalui jalur distribusi. Nah! Inilah yang tidak dikuasai oleh negara sehingga khususnya untuk wilayah Bengkulu Selatan, yang terjadi penguasaan terhadap distribusi pupuk ini hanya oleh segelintir orang (swasta) saja. Akibat dari monopoli atau oligopoli ditribusi ini, pupuk jadi langkah dan harga jadi naik-naik kepuncak gunung tinggi-tinggi sekali (maaf ini hanya salah satu penyebab disamping ada penyebab lain, tapi ini cukup besar pengaruhnya).

Mari kita lihat lebih jauh beberapa penyebab kelangkaan pupuk ini. Secara Nasional kelangkaan pupuk ini disebabkan yaitu :

Pertama, kewajiban dan wewenang Departemen Pertanian menentukan besarnya kebutuhan pupuk bersubsidi, dengan menghitung kebutuhan pupuk bagi setiap daerah berdasarkan luas lahan dan pemakaian pupuk normal setiap hektarenya. Persoalannya, basis data yang digunakan dalam menentukan luas lahan ini masih simpang-siur, baik antara Deptan dan BPS. Selain itu, perhitungan yang ditentukan Deptan biasanya berbeda dengan kebiasaan para petani. Petani kita sering kelebihan dosis dalam penggunaan urea pada pola tanamnya. Implikasinya, kebutuhan pupuk bersubsidi oleh petani bisa jauh di atas alokasi yang ditentukan pemerintah. Lalu, siapa yang patut dipersalahkan dalam situasi ini? Deptan sudah benar dalam menentukan kebutuhan pupuk bersubsidi, tetapi basis data harus lebih diperkuat. Petani karena sudah terlalu lama tidak memperoleh penyuluhan, juga tidak bisa disalahkan jika kebiasaan tanamnya seperti saat ini. Oleh karenanya, seluruh instansi pertanian (pusat dan daerah) agar lebih aktif menyosialisasi penggunaan pupuk yang tepat ini.

Kedua, selama ini instansi yang berwenang menentukan tata niaga pupuk adalah Departemen Perdagangan (Depdag). Depdag mengatur wilayah penyaluran atau rayonisasi pemasaran pupuk bersubsidi. Tujuannya menjaga kepastian harga, kebutuhan, serta wilayah pemasaran pupuk bersubsidi. Regulasi ini diharapkan bisa memberikan jaminan kepada petani (berupa harga dan pasokan) maupun produsen pupuk (berupa kepastian wilayah pemasaran yang menjadi tanggung jawabnya). Di satu sisi, rayonisasi pemasaran pupuk bersubsidi ini memang penting untuk menjamin kepastian, baik bagi petani maupun produsen. Namun, sistem rayonisasi ini juga bisa menimbulkan problem lain. Sistem rayonisasi ini akhirnya mengambil alih peran Pusri sebagai holding yang membawahi Petrokimia, Pupuk Kalimantan Timur (PKT), Pupuk Kujang, dan Pupuk Iskandar Muda (PIM). Jika distribusi pupuk ini dikembalikan melalui mekanisme holding, akan menciptakan fleksibilitas dalam penentuan wilayah pemasaran pupuk bersubsidi. Dengan demikian, holding dapat dengan mudah mengakomodasi berbagai aspek baik yang menyangkut aspek ekonomi maupun komersial. Sistem rayonisasi juga telah menciptakan jalur birokrasi yang rumit dan berpotensi berat sebelah. Contohnya, satu produsen pupuk yang memiliki kewajiban mengalokasikan pupuk bersubsidi dalam jumlah besar, sementara produsen lainnya kecil. Sebagai BUMN yang dituntut laba, ketimpangan ini memberatkan produsen pupuk yang memiliki kewajiban pemasaran pupuk bersubsidi dalam jumlah besar. Di luar itu, jika terdapat daerah yang mengalami kekurangan pasokan (misalnya akibat force majuer), juga tidak bisa serta-merta dapat ditangani oleh produsen lain. Sebagai barang dalam pengawasan negara, pengalihan alokasi pupuk bersubsidi ke bukan daerah pemasaran yang telah ditentukan pemerintah dapat berpotensi terjerat pidana. Kompleksitas di lapangan inilah yang dapat menyebabkan kelangkaan pupuk. (Jemau Manna ndiak pacak njual ke Kaur, pacak te jil)

Ketiga, menyangkut pola subsidi pupuk. Seperti disebut di atas, Deptan adalah institusi yang berwenang menentukan besarnya kebutuhan pupuk bersubsidi di daerah. Perhitungan Deptan inilah yang digunakan untuk menentukan subsidi yang diterima produsen pupuk dari Departemen Keuangan. Pola subsidi pupuk yang berlaku saat ini adalah pola subsidi harga gas. Besaran subsidi untuk urea dihitung berdasarkan harga gas sesuai kontrak (dolar AS/mmbtu) dikurangi harga gas yang menjadi beban produsen pupuk (dolar AS/mmbtu) dikalikan volume pemanfaatan gas. Produsen pupuk tetap membayar gas dengan harga sesuai kontrak, sedangkan selisihnya dibiayai APBN. Pola subsidi melalui harga gas ini menimbulkan kompleksitas bagi produsen pupuk karena tidak sesuai dengan perhitungan biaya produksi. Pola subsidi harga gas ini mengabaikan biaya lainnya di luar biaya gas. Padahal, selain gas masih terdapat biaya transportasi dan biaya operasi lainnya yang bergerak naik, sementara harga jualnya telah ditentukan melalui harga eceran tertinggi (HET).

Keempat, kelangkaan pupuk juga diakibatkan karena maraknya penyelundupan pupuk ke luar negeri oleh para mafia perpupukan. Penyebab penyelundupan tersebut adalah akibat adanya disparitas harga yang tinggi antara harga jual domestik (HET) dan harga ekspor. Harga pupuk di luar negeri bisa mencapai USD 250 /ton, sedangkan HET hanya Rp 1.050 per kilogram (sekitar 100 dolar AS/ton). Dari uraian di atas, terlihat bahwa di balik kasus kelangkaan pupuk di daerah, ternyata menyimpan masalah yang cukup rumit. Kasus kelangkaan pupuk ini tidak bisa ditangani secara parsial. Kelangkaan pupuk membutuhkan penanganan yang komprehensif dari berbagai sisi. Ketiga penyebab nasional ini tidak bisa di atasi oleh Pemda.

Kelima; Sesuai Permentan No. 42/2008 dan No.57/2008 pasal 6 ayat 2(a) penyaluran pupuk bersubsidi di tingkat penyalur Lini IV harus berdasarkan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sesuai dengan wilayah tanggung jawabnya. RDKK merupakan kebutuhan riil petani untuk satu periode tertentu dalam pengelolaan usahatani, disusun 2 bulan sebelum tanam. Jalur penyaluran pupuk dimulai secara tebalik yaitu petani mengajukan RDKK yang harus sepengetahuan Dinas Pertanian Kabupaten (Kelompok tani-Dinas Pertanian-Penyalur-Distributor-Pusri). Saya sendir beberapa hari yang lalu berdiskusi dengan beberapa petinggi Pusri Bengkulu, mereka mengatakan kalau stock cukup banyak dan tidak akan kurang, namun bukti dilapangan menunjukan kelangkaan pupuk sangat parah. Nah sekarang dimana pokok permasalahannya ?. Sebagai mana saya sudah uraikan diatas tadi bahwa hal mendasar adalah tidak bagusnya jaringan distribusi yang ada (kurang jujur kali ya!). Bisa jadi ini terjadi penumpukan atau disalurkan tidak sesuai dengan peruntukannya (Pupuk subsidi dijual bukan kepada yang berhak, barangkali lho!). Kalau istilah orang sekarang pupuk langka karena distributor nakal..hehehe.

Terus terang saya sangat tidak setuju dengan cara pemerintah membagikan pupuk gratis kepada para petani. Hal ini sangat tidak mendidik dan tidak bisa mengatasi kelangkaan pupuk, sebab bila pupuk gratis sudah habis maka pupuk kembali menjadi siluman alias langka dengan harga selangit. Yang penting bagi petani itu ketersediaan pupuk murah secara berkesinambungan (kebilau endak adau).

Kalau begitu timbul pertanyaan “Hai Gusnan jangan asal ngomong ya sekarang bagai mana solusinya untuk kita di daerah? “. Aman ada resepnya! gunakan jurus lama “bahwa cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”. Ambil alih jalur distribusi oleh pemerintah daerah dengan memanfaatkan BUMD sebagai distributor pupuk bersubsidi untuk kabupaten Bengkulu Selatan, berikan subsidi ongkos angkut agar sampai ditingkat petani harga masih sesuai dengan harga eceran yang ditentukan pemerintah atau setidak-tidaknya harga tetap wajar. Berikan penjualan secara kredit dengan pembayaran saat panen kepada petani. Dengan cara ini maka akan ada dua keuntungan yang di dapat yaitu : Pertama, petani diuntungkan karena pupuk tersedia dengan harga murah dan bisa kredit (lemak nian amu luak itu). Kedua, pemerintah juga diuntungkan karena dengan bisnis pupuk ini BUMD dapat untung bukan seperti sekarang BUNTUNG dan juga menciptakan lapangan kerja baru.

Lantas pasti ada lagi pertanyaan “awu ngiciak gampang tapi luak manau melaksanaka diau?”. Lah kalau ngiciaka diau gampang tentu melaksanaka diau jugau gampang. Tapi bagi beberapa orang yang menjelaskannya saja tidak bisa, pasti tidak bisa melaksanakannya, karena dia tidak menguasai permasalahan apalagi jalan keluarnya (betulkan?). Baik kita uraikan bagai mana cara melaksanakannya. Ada beberapa hal yang harus ada untuk menjalankan usaha antara lain: Pertama Pelaku bisnis, ini sudah ada namanya BUMD. Kedua Produk yang mau dijual, ini sudah ada yaitu pupuk milik PT. PUSRI. Ketiga Pembeli ini sudah ada namanya petani. Nah syarat untuk bisnis sudah ada usaha pasti bisa jalan asalkan para pelaksanananya (pemimpin) paham akan hal tersebut. Dengan distributor dikelolah pemerintah ini pasti bisa menstabilkan pupuk di Bengkulu Selatan dan setiap kecamatan harus ada Gudang Pupuk yang bisa melayani kebutuhan pupuk petani secara berkesinambungan. Bagi yang tidak mengerti pasti menggerutu dalam hati “Itukan tidak cukup karena pasti butuh pasilitas lain”. Hal ini tentu benar, kita butuh gudang penyaluran disetiap kecamatan, kita butuh uang untuk membeli pupuk, kita butuh modal untuk memberi kredit kepada petani, kita butuh karyawan untuk melakukan operasinal usaha. Semua fasilitas tambahan tersebut juga sudah tersedia tinggal bagai mana seorang pemimpin memanagenya. Gudang bisa dipakai gudang koperasi kecamatan atau saya yakin setiap kecamatan sudah ada penyalur yang siap berkerjasama, modal ada uang rakyat yang bernama APBD, karyawan ? sangat banyak pengangguran. Saya tahu masih ada pembaca yang bertanya “Apa usaha ini bisa menguntung ?, jangan-jangan nanti BUMD rugi, bangkrut. Yang pasti sama-sama untung baik petani maupun BUMD asal tahu resepnya (hehehe yang ini rahasia perusahaan, resepnya tidak bisa dibuka disini loh, bayar dulu uang kuliahnya baru dikasih tahu, hehehe).

Disamping penanganan pupuk kimia tadi masih ada jalan lain untuk mengatasi masalah kelangkaan pupuk ini yaitu ; Pertama. Dengan pemanfaatan kompos. Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organic. Pembuatannya tidak terlalu rumit, tidak memerlukan tempat luas dan tidak memerlukan banyak peralatan dan biaya. Selain mengurangi masalah pembuangan sampah, kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, tidak perlu membeli. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang diperlukan tumbuhan akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi lebih gembur. Tanaman yang dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih baik. Kedua, Pembuatan pemafaatan pupuk cair. Sampah tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat. Sampah juga bisa dibuat sebagai pupuk cair. Pupuk cair mempunyai banyak manfaat. Selain untuk pupuk, pupuk cair juga bisa menjadi aktivator untuk membuat kompos. (Cara membuat kompos dan pupuk cair saya akan jelaskan pada tulisan berikutnya).

Mengatasi kelangkaan pupuk saja bukanlah satu-satunya cara untuk meningkatkan ekonomi petani dan daerah, masih banyak hal-hal yang harus dibenahi. Pertama, Jaringan irigasi yang selalu baik, bukan seperti sekarang proyeknya ada tapi kerjanya amburadur sehingga baru dibangun/ direhab sudah rusak lagi (pemborong itu kadang-kadang lebih buas dari harimau loh, semen dan batu aja dia makan, jangan tersinggung, kan bercanda), Kedua, Harga hasil pertanian yang tinggi dan stabil. Ini bisa diciptakan dengan pembentukan atau menciptakan jaringan pemasaran yang luas baik lokal, nasional maupun internasional (pemimpinya harus mengerti bisnis atau mau belajar bisnis, saya siap jadi mentornya loh! gratis lagi!, ini serius bukan bercanda). Ketiga, Ketersediaan modal untuk para petani, pedagang dan nelayan. Peran penyediah modal ini juga harus diambil BUMD sebagai salah-satu unit bisnisnya yang pasti akan sangat menguntungkan kedua belah pihak baik petani, nelayan, pedagang dan BUMD. Khusus untuk urain Kedua (Harga hasil pertanian) dan Ketiga (modal) tentu harus ada ilmu bagai mana cara membangunnya saya akan uraikan hal tersebut pada tulisan yang akan datang.

Bagi para pemimpin yang berminat untuk diskusi sama saya, saya siap untuk menguraikan secara detail beberapa permasalahan tersebut diatas, gratis tampa harus bayar karena saya tidak takut ilmunya habis atau dijiplak orang, ini semua untuk kebaikan daerah kita tercinta. Semoga uraian singkat ini ada manfaatnya. Dari berbagai sumber, (penulis adalah alumi FE UNIB)