Senin, 30 Maret 2009

LUKISAN BURAM PENDIDIKAN VS MASA DEPAN JAYA


Oleh : Gusnan Mulyadi, SE.MM

Berdasarkan laporan bertajuk "Education for All (EFA) Global Monitoring Report bidang pendidikan oleh United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) yang dirilis November 2008, Indonesia menduduki peringkat 71 dari 129 negara. Laporan itu sungguh tidak menggembirakan karena pada 2007, Indonesia menduduki peringkat 62 dari 130 negara, dan pada 2006 justru bertengger di tangga 58. Artinya, selama tiga tahun terakhir pendidikan Indonesia terus terpuruk. Terkait hal itu, kita masih tetap harus bersedih karena daya saing Indonesia masih sangat rendah, bukan cuma di mata dunia internasional, tapi juga di antara negara-negara ASEAN. Berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF) 2008-2009, daya saing Indonesia hanya mampu menduduki peringkat 55. Peringkat itu berada di bawah beberapa negara ASEAN, seperti Singapura di peringkat 5, Malaysia 21, Thailand 34, dan Brunei Darussalam 39. Peringkat daya saing Indonesia itu terus merosot sejak krisis ekonomi tahun 1998. Indonesia yang sempat duduk di peringkat ke-37 pada tahun 1999, turun ke posisi 44 pada tahun 2000. Peringkat ini menurun lagi pada tahun 2001 ke urutan 49, dan 69 pada tahun 2002, sebelum akhirnya menduduki peringkat terendah pada tahun 2003 dengan posisi ke-72, kemudian ke posisi 54 pada 2007. Ada banyak faktor yang membuat daya saing Indonesia dinilai masih rendah, seperti infrastruktur, birokrasi, persoalan energi, penegakan hukum, dan tentu saja kualitas SDM yang terkait dengan kualitas pendidikan.

Kita semua tahu bahwa sesunggunya pendidikan kita mempunyai cita-cita yang sangat mulia sebagai mana UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 4 ayat 1 yang berbunyi, “Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.” Lho kalau begitu pertanyaannya “kenapa kapal pendidikan kita tidak mampu mengantarkan penumpangnya menuju dermaga cita-cita yang mulia itu ?”.

Saudaraku
banyak kenyataan yang membuat hati kita miris melihat carut-marut dunia pendidikan kita saat ini, sehingga kita merasa lelah dan capek yang teramat sangat, kita selalu bergelut dengan benang pendidikan yang kusut sehingga kita sendiri bingung mencari dimana pangkal permasalahannya. Secara nasional kita sudah terbelenggu dengan dikotomi pendidikan sebagai mana tertuang dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi : Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, keagaman, dan khusus . Dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum dan keterampilan hidup (life skill). Sistem pendidikan dikotomis semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia salih yang berkepribadian Islami sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi.

Kegagalan pendidikan ini bukanlah merupakan kesalahan guru semata namun seperti saya uraikan tadi kesalahan paling mendasar. Pertama yaitu kekeliruan paradigma pendidikan yang mendasari keseluruhan penyelenggaran sistem pendidikan (dikotomi). Kedua, masalah lainnya, yaitu berbagai problem yang berkaitan aspek praktis/teknis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan, seperti :

(1).Rendahnya sarana fisik, karena pemerintah lebih mementingkan proyek-proyek mercusuar.

(2). Rendahnya kualitas guru, karena rendahnya kepedulian pemerintah untuk memberikan biaya pendidikan dan pelatihan-pelatihan motivasi, keterampilan, Imtaq kepada para guru.

(3). Rendahnya prestasi siswa, dikarenakan kurang sarana-prasarana serta fasilitas pendidikan dan rendahnya kualitas guru, tidak adanya terobosan dari pemerintah untuk menambah jam belajar, matapelajaran lokal dan gaji/honor kelebihan jam mengajar.

(4). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan karena pembangunan yang tidak merata dan dalam serta lebarnya jurang pemisah antara Sikaya dan Simiskin.

(5). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, karena pemerintah tidak pernah peduli dengan permasalahan pasar tenaga kerja lokal, budaya lokal, dan tidak peka terhadap pengangguran yang selalu bertambah serta pelajaran budi pekerti.

(6). Mahalnya biaya pendidikan, dikarenakan pemerintah tidak mau memberikan sudsidi pendidikan bagi yang kurang mampu dan hal yang paling mendasar adalah karena rendahnya tingkat pendapatan perkapita.


Khususnya Bengkulu Selatan juga memiliki permasalahan tambahan yang cukup berat antara lain ; Rendah minat siswa untuk sekolah kejuruan dan agama sehingga mereka cenderung masuk SMA sehingga banyak tamatan SMA, SMK, MA yang tidak memiliki daya juang dan kemandirian karena tidak mempunyai pengetahuan yang seimbang antara pengetahuan umum, moralitas keagamaan, keterampilan hidup (life skills). Dilain sisi 60% s/d 70% tamatan SLTA tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sementara kurikulum SLTA ditujukan untuk melanjukan ke Dikti bukan untuk siap kerja (pengangguran jadi subur).Tidak ada pelajaran etika/estitika/budipekerti, motivasi dan kewirausahaan disekolah. Terbengkalainya sekolah kejuruan di Selali. Belum ada perguruan tinggi yang memandai.Tidak berpihaknya kebijaksanaan anggaran Pemda dalam peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru.

Kewajiban kita semua untuk mencari jalan keluar dari semua permasalahan yang ada ini. Saya pribadi sering sekali berkhayal (bolehkan! Berkhayal aja kan ga bayar hehehe) . Menurutku, khususnya untuk masalah mendasar yaitu paradigma dan dikotomi pendidikan dapat kita siasati dengan memasukan matapelajaran keterampilan, Etika dan Estitika/Budipekerti serta pengendalian emosional, dasar-dasar keimanan, kewirausahaan , budaya-kesenian lokal, agama dalam matapelajaran tambahan disekolah atau dengan istilah sekarang SLTP/SLTA Plus atau sekolah terpadu. Sehingga dikemudian hari kita berharap tamatan SLTA mempunyai keterampilan setara SMK dan budipekerti keagamaan setara Sekolah Agama/Pesantren. Sebagai contoh; Sekolah Kejuruan Pertanian (Selali) bisa dijadikan Sekolah Unggulan dan dikembangkan menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian yang mana kedepan dapat kita harapkan menjadi pencetak generasi yang mempunyai keterampilan dan daya juang yang tinggi.

Sedangkan permasalahaan yang bersifat umum solusinya antara lain ; Pertama. Khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan, seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, rendahnya kualitas guru dan mahalnya biaya pendidikan, berarti menuntut juga perubahan keadilan perimbangan anggaran belanja pemerintah (Pendidikan murah/bersubsidi), disamping itu yang paling utama adalah memperbaiki perekonomian masyarakat (didik dan ciptakan pengusaha muda dan baru, caranya pada tulisan berikutnya yaitu “mari jadi pengusaha bermodal dengkul”) .

MENGAPA mutu guru rendah? Jawaban pokok, karena gaji guru rendah. Karena gaji guru rendah, generasi muda yang tertarik menjadi calon guru umumnya bukan calon-calon terbaik. Calon-calon terbaik akan bersekolah di sekolah lanjutan tingkat atas favorit atau berkuliah di jurusan favorit, misalnya kedokteran, teknik, hubungan internasional, atau lainnya.Lulusan nonkependidikan yang kemudian tertarik menjadi guru dengan mengambil program akta mengajar dapat dipastikan juga bukan lulusan terbaik. Mereka umumnya mengambil program akta mengajar karena kesulitan mencari pekerjaan di luar profesi guru. Sebaliknya, apabila gaji guru tinggi, generasi muda yang tertarik menjadi guru pastilah pilihan. Oleh karena calon yang bersekolah dan berkuliah di sekolah guru dan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) adalah calon-calon yang berkualitas tinggi (lulusan terbaik), dan tentu dengan kepribadian yang terbaik, maka dapat dipastikan akan diperoleh guru-guru yang berkualitas. Dilain sisi, pemerintah engan mengalokasikan dana untuk peningkatan mutu guru karena tidak ada jalan untuk KKN.

Aku dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga pendidik, seorang guru yang nasib ekonominya sangat memprihatinkan, namun aku selalu ingat orang tuaku yang pagi-pagi pergi kesekolah dengan berjalan kaki dari rumah menuju jalan utama untuk naik kendaran umum tidak peduli hujan atau panas. Beliau bertahun-tahun naik kendaraan umum karena jangankan beli mobil untuk bayar kredit sepeda motor saja tidak sanggup sebab penghasilan jauh dari cukup, sedangkan saya dan adik-adik membutuhkan uang sekolah, namun dengan berbekalkan tekad yang kuat saya jalani masa kuliah di Universitas Bengkulu sambil menjadi buruh bengkel dinamo dan radiator. Saya tahu persis, tekad baja, niat tulus dengan segenap keikhlasan yang dilandasi kejujuran dan kecintaan terhadap profesi, seorang guru tidak pernah mengeluh dalam melaksanakan jihad memberantas kebodohan di negeri ini. Makanya saya sangat sedih, saat hinaan, fitnah, cacian yang dialamatkan kepada guru karena gagalnya pendidikan dinegeri ini. Mereka berkata “Pendidikan ini hancur dan gagal karena kesalahan guru”. Saudaraku tercinta ! Semoga Allah memberikan kesabaran kepada kita semua Amin.

Kedua, Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga, buku bacaan dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.

Disamping beberapa uraian diatas, menurutku, Pendidikan Islam Terpadu bisa menjadi solusi mengatasi krisis pendidikan ini. Agar keluaran pendidikan menghasilkan SDM yang sesuai harapan, harus dibuat sebuah sistem pendidikan yang terpadu. Artinya, pendidikan tidak hanya terkonsentrasi pada satu aspek saja. Sistem pendidikan yang ada harus memadukan seluruh unsur pembentuk sistem pendidikan yang unggul. Dalam hal ini, minimal ada 3 hal yang harus menjadi perhatian, yaitu :

(1). Sinergi antara sekolah, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan yang integral harus melibatkan tiga unsur di atas. Sebab, ketiga unsur di atas menggambarkan kondisi faktual obyektif pendidikan. Saat ini ketiga unsur tersebut belum berjalan secara sinergis dan belum berfungsi secara benar. Buruknya pendidikan anak di rumah memberi beban berat kepada sekolah/kampus dan menambah keruwetan persoalan di tengah-tengah masyarakat seperti terjadinya tawuran pelajar, seks bebas, narkoba, dan sebagainya. Pada saat yang sama, situasi masyarakat yang buruk jelas membuat nilai-nilai yang mungkin sudah berhasil ditanamkan di tengah keluarga dan sekolah/kampus menjadi kurang optimum. Apalagi jika pendidikan yang diterima di sekolah juga kurang bagus, maka lengkaplah kehancuran dari tiga pilar pendidikan tersebut.

(2). Kurikulum yang terstruktur dan terprogram mulai dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi. Kurikulum tersebut dapat menjadi jaminan bagi ketersambungan pendidikan setiap anak didik pada setiap jenjangnya. Selain muatan penunjang proses pembentukan kepribadian (Islam) yang secara terus-menerus diberikan mulai dari tingkat TK hingga PT, muatan pelajaran moralitas (tsaqâfah Islam dan Ilmu Kehidupan (IPTEK, keahlian, dan keterampilan) diberikan secara bertingkat sesuai dengan daya serap dan tingkat kemampuan anak didik berdasarkan jenjang pendidikannya masing-masing.

(3). Berorientasi pada pembentukan, kepribadian relegius, Kreatif Inovatif dengan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan/Skill, mempunyai daya juang serta jiwa enterpreneur . Ketiga hal di atas merupakan target yang harus dicapai. Dalam implementasinya, ketiga hal di atas menjadi orientasi dan panduan bagi pelaksanaan pendidikan.

Kepada guru, saya sebagai murid mu sampai saat ini masih sangat merindukan dan haus akan petuah, nasehat, bimbingan dan dukunganmu, aku selalu merindukan suasana dulu saat engkau memberiku ilmu, sekali lagi aku masih butuh petuahmu, nasehatmu, bimbinganmu, dan do’a restumu.

(Dari berbagai sumber, Penulis Alumni FE UNIB.)

Kamis, 26 Maret 2009

MIMBAR JUM'AT "MENCARI FIRTAH DI LUAR PUASA"


Bismillahiramanirahim. Assalammualaikum WWW

Allahu Akbar Dialah Tuhan seru sekalian alam, Dia-lah Allah yang menghidupkan dari yang mati dan mematikan dari yang hidup, Dia-lah Allah tempat kita memohon ampunan, Yaa Allah mohon rubahlah yang hina pada diri kami menjadi mulia, rubahlah dosa dan kesalahan kami menjadi malfiro, Engkaulah tempat kami meminta petunjuk, barang siapa yang engkau beri petunjuk maka tak ada yang dapat menyesatkannya, barang siapa yang engkau sesatkan maka tidak ada satupun yang bisa menjadi petunjuk. Yaa Allah sucikanlah senantiasa jiwa kami agar selalu dalam fitrah Mu. Amin.
Allah berfirman “FA AQIM WAJHAQA LID DIINI HANIIFAN FITHRATALLAAHIL LATII FATHARAN NAASA ‘ALAIHAA LAA TABDIILA LI KHALQILLAAHI DZAALIKAD DIINUL QAYYIMU WA LAAKINNNA AKTSARAN NAASI LAA YA’LAMUUN.”
“Maka hadapkanlah wajah mu dengan lurus kepada Agama (Allah); (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) Agama yang lurus ; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS.Ar-Rum 30;30)
Pada ayat tersebut jelas kalau kita diciptakan menurut FITRAH ALLAH. Nah Bagaimana caranya agar wajah kita selalu lurus kepada FITRAH ALLAH serta tidak berubah. Saya mencoba untuk mengajak kita semua berfikir sederhana, agar kita tidak terperangkap dalam suatu pemikiran yang terlalu menjelimet dan tinggi, seolah-olah fitrah itu adalah suatu makhluk cahaya yang jauh bahkan sangat sulit untuk dijangkau oleh orang-orang awam. Sehinggah kita berfikir bahwa fitrah itu hanya milik para alim ulama dan ustads-ustads saja, sedangkan orang biasa seperti kita tidak layak mendapatkan fitrah. Ketahuilah bahwa itu adalah pemikiran yang sangat salah. Sangat banyak cara sederhana dari kehidupan kita sehari-hari baik dalam bersikap dan berbuat yang dapat memelihara hati kita selalu dalam fitrah. Salah satu kisah sederhana berikut ini dapat kita jadikan sebagai inspirasi bagi kita untuk tetap menjaga fitrah dalam hati.
Alkisah, disebuah kerajaan kecil ada seorang pemuda gagah yang kaya raya dan merupakan putra dari seorang saudagar kaya. Merasa memiliki kekayaan yang berlimpah dan keluarga terpandang si pemuda tumbuh menjadi seorang pemuda yang berwatak kurang baik. Dia menjadi seorang pemuda yang sombong, sering berkata kotor dan tidak sopan, berlaku kasar kepada semua orang. Setiap hari dia selalu berusaha untuk menghina orang lain, menghardik dan menyakiti orang lain. Hari demi hari perlakuannya semakin menjadi-jadi bahkan semakin senang menyakiti orang. Hingga suatu saat penduduk dan rakyat dikerajaan tersebut menjadi benci dan tidak senang dengan si pemuda. Kebencian penduduk ini dirasakan oleh si pemuda, dia dihindari penduduk, setiap orang tidak mau bertegur sapa dengan dia, bila dia mendekat orang menjauh, masyarakat berusaha untuk menghukum dia. Hal ini membuat si pemuda menjadi kecewa, gundah dan tidak tenang. Hingga suatu hari si pemuda meminta nasehat kepada seorang tetua masyarakat yang bijak. Si pemuda menjelaskan dari awal sampai akhir apa yang sudah diperbuatnya selama ini dan kemudian meminta Pak Tua Bijak untuk memberikan nasehat bagai mana caranya agar masyarakat senang kepadanya. “Pak apa yang harus saya lakukan agar masyarakat tidak membenci saya lagi” ujar si pemuda. Pak Tua menjawab “Anak muda, mulai hari ini setiap engkau melakukan kejahatan, setiap engkau menyakiti orang lain, engkau ambil satu buah paku dan engkau tancapkan ke kusen pintu rumah mu sebagai tanda, apabila kusen tersebut sudah penuh dengan paku maka engkau kembali lagi kesini”. Kemudian si pemuda mengikuti nasehat Pak Tua, semakin hari kelakuan si Pemuda semakin buruk saja dan masyarakat semakin benci kepada si Pemuda, setiap kejahatan yang dia lakukan selalu ditandai dengan paku yang dia tancapkan di kusen pintu rumahnya, suatu saat kusen pintu tersebut penuh dengan paku, tidak ada perubahan yang baik, bahkan masyarakat semakin membenci si Pemuda.
Sesuai dengan nasehat Pak Tua, bila kusen sudah penuh dengan paku maka dia harus kembali menemui pak Tua. Melihat kedatang si Pemuda pak tua langsung bertanya “Apakah kusen pintu rumahmu sudah penuh dengan paku?” tanya pak Tua. “Benar pak, tapi tidak ada perubahan malah saya semakin di benci” ujar si Pemuda. “Anak muda! sekarang engkau lakukan sebaliknya, engkau tidak boleh lagi melakukan kejahatan dan engkau harus selalu melakukan kebaikan sebanyak mungkin, engkau tidak boleh lagi menyakiti orang lain, berlakulah sopan, bantu orang dalam kesulitan, sayangi anak-anak, hargai kawan sebaya, hormati yang tua, santuni fakir miskin, yatim piatu dan anak telantar. Setiap engkau melakukan kebaikan, setiap engkau mengurungkan niatmu untuk melakukan kejahatan, tandai semua itu dengan mencabut paku yang tertancap di kusen pintu rumah mu, apabila semua paku sudah tercabut semua dan kusen pintu rumah mu sudah bersih dari paku tersebut, maka engkau datang lagi kesini. Mulai saat itu si Pemuda tidak pernah lagi melakukan kejahatan dan selalu melakukan kebaikan sebagai mana nasehat pak Tua. Perubahan yang dilakukan oleh pemuda tersebut direspon baik oleh masyarakat sehingga masyarakat berangsur-angsur tidak membenci si Pemuda bahkan berbalik bersikap baik kepada si Pemuda, merasakan perubahan yang terjadi maka si Pemuda semakin senang melakukan kebaikan dan tidak terasa semua paku yang tertancap di kusen pintu sudah habis tercabut dan bersih. Seiring dengan kebahagian yang dirasakan oleh si Pemuda atas perubahan yang terjadi, dia kembali menemui pak Tua. Dengan wajah berseri bahagia si Pemuda berujar “Pak semua paku sudah habis tercabut dan saya sangat bahagia karena semua masyarakat tidak membenci saya lagi bahkan cukup baik kepada saya”. “Anak muda ketahuilah kini engaku sudah tahu mana yang dinamakan setan dan mana malaikat, setan itu adalah wujud perlakuan jahat yang telah engkau perbuat dan malaikat itu adalah wujud perlakuan kebaikan yang telah engkau lakukan, sesungguhnya kembali fitrah itu adalah membawah hatimu sendiri ke jalan Allah dengan mengedepankan setiap tingkah dan perbuatan baik yang merupakan ciri-ciri insan kamil yang selalu mengedepankan akhlak mulia sebagai cerminan rasa ihsan didalam hati. Namun ingat anak muda sebaik-baiknya engkau memperbaiki kusen pintu rumahmu tidak akan mungkin sempurna lagi seperti semula, walaupun itu sudah engkau dempul dan dicat yang rapi tetap saja meninggalkan catat bekas tusukan paku yang telah engkau lakukan, begitupun hati semua orang yang telah engkau sakiti tetap saja membekasan rasa sakit yang tidak akan terhapus bersih walau berkali-kali kata maaf yang engkau mohonkan dan berkali pula kata “ku maafkan” dari mereka yang engaku terima, sekali hati sudah terluka akan tetap membekaskan luka, untuk itu anak muda jangan sekali-kali engkau menyakiti hati orang lain dengan perbuatan jahat mu, karena sesungguhnya yang akan menerima kejahatan itu sendiri adalah engkau sendiri.
Sekarang apa pelajaran yang dapat kita tarik dari cerita diatas. Sehubungan dengan fitrah yang kita bahas, maka untuk meraih fitrah itu salah satu jalannya adalah melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan seperti yang sudah dilakukan oleh si Pemudah. Jadi cukup sederhana tidak perluh kita berfikiran terlalu menjelimet bahwa kita harus sholat sampai kaki bengkak, harus lebih banyak dimasjid dari pada kerja, harus puasa setiap hari kecuali hari-hari haram, harus membaca Al-quran sampai mata minus. Kita semua tahu bahwa banyak orang beragama Islam tapi tidak mendapat iman, banyak orang sholat tapi tidak mendapat khusyuk, banyak orang berpuasa tapi tidak mendapat fitrah, banyak orang berhaji tapi tidak mendapat mabrur, sangat banyak orang lahir tapi belum tentu menjadi khalifah, sangat banyak sekali manusia tapi belum tentu insan kamil, banyak orang belajar tasyawuf belum tentu mendapatkan ihsan. Maka untuk meraih fitrah itu cukup dengan jalan mengalahkan setan didalam hati yang bernama fujuurahaa dan memenangkan malaikat didalam hati yang bernama taqwaahaa sebagai mana firman Allah “Fa alhamahaa fujuurahaa wa taqwaahaa, Qad aflaha manzakkaaha, wa qad khaaba man dassaahaa” Q.S Asy Syams 91:8-10 “Allah mengilhami sukma kejahatan dan kebaikan. Sesungguhnya bahagialah siapa yang mensucikannya. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Dengan jalan mengenal dan memahami nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Asma Allah dengan berguru kepada Rasullullah Muhammad SAW, maka Kemenangan berupa fitrah akan kita dapat yang akan berbuah Lapang dada, bersih hati, berbudi luhur, berakhlak mulia, dia akan bisa menjadi pemimpin sejati untuk diri sendiri serta orang lain. Menjadi bapak yang mencitai anak, menjadi suami yang sayang istri, menjadi anak yang berbakti, menjadi istri yang sayang dan patuh suami, menjadi pribadi yang disayangi orang lain dan kelompok, menjadi insan kamil khalifah Allah sejati yang menjadi rahmatan lil alamin.
Marilah kita masuk kedalam islam secara Kaffah lahir dan bhatin agar kita bisa mendapatkan keindahan, kedamaian, kesejahteran dalam islam yang bernama fitrah. Hal ini hanya bisa dilakukan apabila kita dapat menyatukan syariat dan hakikat, antara fiqih dan tasyawuf, yang berbuah ma’rifattullah dengan mengutamakan sukma kebaikan dan mengubur sukma kejahatan, apabila kita mengedepankan akhlaq dalam bertindak, apabila kita menjadikan iman dan taqwa sebagai landasan Ilmu. Marilah kita jadikan sifat-sifat Rasulullah dan nilai luhur Asmaulhusna yang melekat dalam diri dan hati kita sebagai landasan gerak kehidupan, yakinlah kita akan menjadi insan pilihan di tengah masyarakat, menjadi pemimpin yang dicintai oleh keluarganya, oleh sahabat-sahabatnya, oleh masyarakat dan oleh mereka yang dia pimpin, yang akan Menjadi Tempat Bertanya Dikala Tak Bisa. Menjadi Tempat Mengadu Dikala Sendu. Menjadi Tempat Bertimbang Dikala Bimbang. Menjadi Tempat Meminta Dikala Tak Punya. Menjadi Tempat Berlindung Dikala Lemah. Menjadi Tempat Berbagi Rasa Dikala Suka maupun Duka. Menjadi Penjaga Penjara Bagi Yang Bersalah. Menjadi Piala Bagi Yang Berjaya.aPesan saya untuk kita semua baik menjadi orang penting tapi lebih penting menjadi orang baik. (Gusnan Mulyadi ; Penulis Alumi FE. UNIB)

Mari Menjadi Iblis Untuk Menjadi Presiden.


Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 4/PUU-VII/2009.
AMAR PUTUSAN antara lain menyatakan ; · Menyatakan Pasal 12 huruf g dan Pasal 50 ayat (1) huruf g Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4836) serta Pasal 58 huruf f Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak memenuhi syarat-syarat: (i) tidak berlaku untuk jabatan publik yang dipilih (elected officials); (ii) berlaku terbatas jangka waktunya hanya selama 5 (lima) tahun sejak terpidana selesai menjalani hukumannya; (iii) dikecualikan bagi mantan terpidana yang secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan mantan terpidana; (iv) bukan sebagai pelaku kejahatan yang berulang-ulang; yang di tanda tangani oleh KETUA, Moh. Mahfud MD. ANGGOTA, Abdul Mukthie Fadjar Maruarar Siahaan , Maria Farida Indrati M. Arsyad Sanusi , Muhammad Alim Achmad Sodiki, M. Akil Mochtar.
Seorang Robertus dari Pagar Alam Selatan, dan H. Soegianto, S.E serta H. Zulkipli H. Jakfar dari kaur mungkin layak untuk mendapatkan penghargaan HAM terutama dari mantan Napi karena sudah berjuang untuk mendapatkan Hak Konstitusi bagi para mantan napi, sehingga kedepan tidak ada habatan lagi bagi mereka untuk meraih kesuksesan bahkan seorang bandar narkoba, penyeludup, koruptor kakap, pemerkosa, rampok, pejudi, pembunuh sadis,pokoknya profesi yang jahat-jahat, bahkan iblispun kalau bisa menjelma sebagai manusia tidak perlu cemas karena merekapun tetap bisa menjadi Presiden, Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua MK, Hakim MK, Menteri, Gubernur, Walikota, Bupati. Asyiiikkkannn. Inilah Indonesia memang asyik. Sekali lagi para penggugat layak diberi penghargaan HAM.
Pemerintah RI dari tahun ketahun selalu selalu berkerja keras untuk memberantas kejahatan, karena memang setiap manusia yang sehat lahir dan bhatin pasti sangat benci dan tidak suka dengan kejahatan apalagi dijahati orang. Lantas saya berfikir apakah benar atau salah ajaran HAM yang dipaksakan oleh dunia barat ini (Amerika) atau ini berupa racun yang rasanya nikmat yang sengaja diberikan kepada kita agar kita terlena meminumnya kemudian hancur lebur sehingga mereka tidak susah untuk menjadi penjajah kita (Indonesia). Kenapa saya berfikir begitu?. Saya lihat disatu sisi HAM ini hanya berkutak katik dengan membelah kepentingan yang melanggar hukum saja (penjahat saja) sehingga seorang penjahat harus diperlakukan sopan dan santun oleh polisi, seorang penjahat tidak boleh ditembak bila tidak melawan, seorang penjahat tidak boleh dihukum bila tidak terbuki bersalah. Bukan setiap penjahat selalu saja menutupi kesalahannya?. Kemudian saya lantas bertanya apakah penjahat melakukan kejahatan pembunuhan, pemerkosaan, korupsi dll juga berfikir tentang HAM korban kejahatannya. Pak, Bu permisi ya saya mau merampok dan membunuh ibu apakah saya melanggar HAM bapak dan ibu ? saya rasa tidak ada satu penjahatpun yang peduli dengan HAM para korbannya. Tapi kita mari memanjahkan penjahat kita lindungi HAM mereka, mari kita perlakukan mereka seperti raja sebab siapa tahu nanti mereka akan menggantikan Mahfud MD sebagai ketua MK. Hahaha kacauuuuu.
Kalau seperti ini pasti akan ada sebagian orang menjadi putus asa menjadi orang baik-baik yang hidup susah, lantas buat apa kita berbuat baik, buat apa Azaz Pemilu Jujur dan adil. Jujur dan adil bermakna luas ; Jujur terhadap Tuhan, Bangsa dan Negara, Rakyat, diri sendiri. Jujur dalam pelaksanaan tidak membohongi rakyat, tidak curang, tidak money politik. Jujur dalam menerima hasilnya akui kekalahan secara jantan dan jadilah pemenang yang bersahaja. Adil dalam arti yang luas yaitu adil dalam bersikap bertindak tidak mementingkan diri sendiri atau kelompok serta bisa menghargai orang lain. Nah kalau kita lihat makna dari jujur dan adil tersebut, maka timbul pertanyaan apakah seorang penjahat mempunyai sifat-sifat JUJUR DAN ADIL tersebut dalam melakukan kejahatannya; “mas jujur ya saya mau merampok dan membunuh kamu, permisi!, pak polisi pak jaksa saya mau korupsi permisi ya!, dek mohon izin saya mau perkosa kamu bolehkan!, O ya biar adil bapak saya tusuk sekali dan bapak tusuk saya sekali, saya rampok bapak dan bapak rampok saya! Hahaha, mungkinkah itu..??????? TIDAK MUNGKIN. Jadi sekarang apakah layak seorang mantan napi jadi Presiden, Ketua dan anggota DPR-MPR, gantikan Mahfud MD jadi ketua MK dll, menurut saya kalo secara moralitas tergantung kasusnya, kalau kasus Politik, Demo mahasiswa silahkan saja, tapi kalau kasus pidana murni mbok dipikiri toh.
Namun keputusan MK tersebut kita ambil hikmahnya (secara hukum) : (1). Tidak perlu orang baik untuk menjadi Presiden dan Ketua MK, ketua dan anggota DPR, Gubernur dan Walikota serta Bupati. (2). Mari berbuat jahat dan menjadi iblis untuk mendapat uang sebanyak-banyaknya kemudian beli kepada rakyat untuk money politik, setelah itu kita jadi penguasa (presiden). (3). Tidak perlu malu mengakui kita penjahat kalau perlu ikla
nkan besar-besar di surat kabar agar bisa lolos menjadi Presiden dan Ketua MK, ketua dan anggota DPR, Gubernur dan Walikota serta Bupati. (4). Jangan takut jadi penjahat dan iblis karena masyarakat kita masih bodoh dan mau dibeli dengan uang untuk memilih, jadi walau iblis asal ada uangnya bisa jadi Presiden. (4). Jangan ragu untuk menjadi penjahat karena itu bisa kita tutupi dengan berpura-pura baik menjadi ustad dan pendeta selama lima tahun kemudian kita bisa mendapatkan hasil untuk menjadi pemimpin FIRAUN setelah itu.
Sekali lagi saya pribadi secara HAM sangat menghargai Dirwan untuk Keputusan MK ini sebab karena kasus beliau maka hak konstitusi mantan napi kembali diraih melalui tuntutan Robertus, Zulkifli dkk, dan Dirwan, Robertus, Zulkifli layak mendapatkan penghargaan dibidang HAM sepagai pahlawan HAM, namun juga HAM masyarakat yang bukan mantan napipun juga harus di hargai. Nah mengenai siapa yang layak menjadi pemimpin, mantan napi atau bukan mantan napi itu silahkan rakyat yang memilih, yang jelas kalau masyarakat cerdas memilih maka yang terbaik pasti terpilih menjadi pemimpin. (Gusnan Mulyadi)

Minggu, 22 Maret 2009

MENATA LEMBAGA SEPERTI LABA-LABA DI ATAS SARANGNYA



Desentralisasi tidak saja dapat dimengerti sebagai pelimpahan kewenangan dan tanggungjawab fungsifungsi publik dari pusat kepada daerah, namun juga perlunya pembagian peran yang proporsional di tingkat internal daerah sendiri. Peran sektor swasta dan NGO (organisasi non pemerintah) baik lokal, nasional, maupun internasional, kaum pebisnis menjadi tidak terelakkan. Sesuai dengan manajemen modern bahwa kini pemerintah lebih sebagai legislator dan fasilitator, sementara peran swasta didorong dan ditingkatkan inisiatifnya. Penataan kelembagaan pembangunan yang dapat mendorong keberhasilan desentraliasi adalah jika setidaknya didukung oleh lima hal; Pertama, kerangka kerja dan kewenangan antar sektor harus saling mendukung (Pola jaring labalaba). Kedua, Seluruh komponen masyarakat Bengkulu Selatan harus menjadi bagian inherent dalam pembangunan dan hasilhasilnya. Ketiga, adanya dorongan (Motivasi) dan inisiatif (Kreativitas) bagi seluruh komponen masyarakat untuk mengambil peran lebih proaktif dalam pelaksanaan pembangunan. Keempat, didukung oleh sistem yang akuntabel melalui informasi yang transparan dan dapat diakses, Kelima, tersedianya kerangka kerja kelembagaan dan sistem akuntabilitas yang jelas dan pasti serta menjamin kepastian hukum daerah.

Partisipasi seluruh elemen masyarakat justru dibutuhkan agar akses dana, modal, dan kontrol atas penggunaan dan pengeluaran daerah untuk pembangunan semakin akuntabilitas kualitasnya. Pengembangan dunia usaha hanya mungkin tumbuh jika pemerintah juga mengembangkan tingkat pelayanan birokrasi yang bersih dan transparan (good governance).

Design pembangunan yang baik hendaknya diarahkan; Pertama, peningkatan kesempatan ekonomi (promoting opportunity) bagi inisiatif lokal didorong perkembangannya berbarengan dengan tumbuhnya kemampuan sosial daerah, maka pertumbuhan economic capital pada gilirannya akan meningkat. Karena baik social capital maupun economic capital adalah tidak terpisahkan. Sercara sederhananya pemerintah harus memberikan peluang sebesar-besarnya bagi investor/ pengusaha lokal, LSM, Tokoh Agama dan seluruh lapisan masyarakat untuk turut membangun daerah. ; kedua, pelimpahan kewewenangan secara penuh kepada segenap lembaga kepemerintahan mulai dari tingkat kabupaten sampai ketingkat desa sesuai dengan tupoksinya masing-masing dengan tetap dalam satu haluan untuk pencapaian visi dan misi dengan sistem yang terintergasi antara satu dengan yang lain seperti bangunan jaring laba-laba, yang juga harus lebih accountable dan responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi warga masyarakat; ketiga peningkatan keamanan. (enhancing security), diarahkan untuk meminimalisasikan berbagai gangguan terhadap inisiatif lokal, seperti aspek kesehatan masyarakat, ancaman terhadap kekurangan pangan dan dampak buruk kemiskinan terhadap gizi anak balita, dengan mengantisipasi ancaman kegagalan panen maupun gangguan alam berupa bencana lainnya. Itulah kondisi ideal yang hendak difasilitasi oleh pemerintah daerah, sehingga pelaksanaan desentraliasi (otonomi) berjalan lancar dan sukses. Disamping itu pemerintah harus bisa, menepis semua bentuk hambatan (social barrier) terutama yang berbentuk dan bersumber dari masalah gender, etnik, ras, agama maupun status sosial. Jangan sampai identitas yang demikian menimbulkan hambatan dan diskriminasi dalam peningkatan peran dan partisipasi pembangunan.

Pada dasarnya pembangunan yang kita lakukan semata-mata diarahkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian apa yang harus kita bangun adalah masyarakat, baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pembangunan masyarakat secara langsung, dilakukan melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik pendapatan, pendidikan dan kesehatannya. Sedangkan pembangunan masyarakat secara tidak langsung, dilakukan melalui pembangunan lingkungannya seperti pemanfataan Sumber Daya Alam (SDA) yang diakomodasikan dalam wadah sektor pembangunan, penyediaan sarana dan prasarana dasar, pelestarian lingkungan hidup, menjaga keamanan dan ketertiban dan lain-lain.

Agar di dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat tersebut, mencapai sasaran sesuai dengan yang diharapkan, maka terlebih dahulu harus diperhatikan tentang segala Kekuatan (Strenght) dan Kelemahan (Weakness) yang dimiliki, serta Peluang (Opportunity) dan Tantangan (Treath) yang dihadapi oleh masyarakat Bengkulu Selatan. Saya tidak akan menguraikan apa saja kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan tersebut, saya anggap kita semua sudah tahu. Namun mari kita lihat kesisi lain, sebagai bahan motivasi berikut saya uraikan bagai mana menyikapi SWOT tersebut.

(Strenght) Mungkin saya akan berbeda pendapat dengan beberapa kalangan (silahkan saja). Menurut saya kekuatan yang paling besar bagi sesorang untuk kemajuan adalah karena keterdesak oleh keadaan. Kekuatan itu bukan berasal dari modal yang besar. Manusia apabila dalam kondisi kepepet maka akan berfikir keras untuk bisa keluar dari permasalahan tersebut bahkan bisa menciptakan langka-langka yang luar biasa. Saya ambil contoh, kita mungkin tidak sanggup melompati pagar setinggi 2 meter dalam keadaan normal, tapi pada saat dikejar anjing pasti kita bisa melaluinya apalagi kalau dikejar harimau pasti lebih hebat lagi. Nah! Sekarang kita sedang dikejar harimau yang berupa kemiskinan, kebodohan, ketidakpastian masa depan, harga komoditi pertanian yang rendah, harga kebutuhan yang meningkat dan lain-lain. Oleh karena itu kita harus berjuang keras dan berfikir keras untuk bisa keluar dari pemasalahan tersebut.

(Weakness) sesungguhnya tidak ada kelemahan bila kita ingin bersatu sebab kelemahan seseorang pasti bisa ditutupi oleh kelebihan orang lain. Saya ambil contoh saya ingin mengembangkan bipang kedurang untuk menjadi makanan ringan sekala nasional. Tentu kelemahan saya tidak bisa masak bipang, saya tidak mempunyai modal yang cukup, saya tidak mempunyai armada angkutan, saya tidak mempunyai gudang, tapi saya punya akses pasar untuk semua jaring Alfamart, Matahari, Citra snack seluruh Indonesia. Saya memanfaatkan kelebihan orang lain. Masak bipang suruh orang lain (Ibung sak kedurang), ajak orang yang punya uang untuk memodali, ajak orang yang punya truk kerja sama angkutan , sewa gudang orang dengan cara dibayar dibelakang. Nah kalau begitu hilang sudah kelemahan bahkan menjadi kekuatan yang luar biasa.

(Opportunity),sesungguhnya peluang selalu terbuka dan selalu menghampiri kita setiap saat, namun lebih banyak orang tidak mengerti bahwa itu peluang dan bagai mana meraih peluang. Peluang akan kita kenali dan akan dapat kita raih bila kita selalu mengasa diri, tidak malas, jauhi gengsi, mau belajar. Peluang tidak akan menghampiri orang yang tidak punya ilmu pengetahuan, malas, sombong. Lah ! kalau tidak ada peluang bagaimana? Jawabannnya ciptakan peluang, kalau tidak ada jalannya? Buatkan jalannya. Jangan takut “setiap kesulitan ada kemudahan, setiap permasalahan ada jalan keluarnya”.

(Treath), Selagi masih hidup pasti ada tantangan dan tantangan sangat penting dalam kehidupan sebab dia bagai vitamin penambah kekuatan kehidupan. Tantangan itu lebih banyak berupa resiko disetiap langka yang kita ambil. Seorang pejabat pemerintah harus siap menerima resiko jabatannya baik dipromosikan, dipecat, masuk penjara (yang benar saja bisa masuk penjara apalagi yang salah). Seorang politikus harus siap mengahadapi tantangan kalah atau menang, berkuasa atau oposisi. Seorang pebisnis harus siap rugi, piutang tidak dibayar, ditipu, bangkrut, masuk penjara. Kalau orang tidak sanggup mengahadapi tantang tersebut sama saja dia tidak mau makan vitamin, yakinlah dia tidak akan tumbuh sehat, kuat dan berjaya.

Sekarang timbul pertanyaan, “bagai mana pemimpin memposisikan diri untuk memanage semua elemen tersebut?”. Jawab nya posisikan diri seperti laba-laba diatas jaringnya (Spider on the web, maaf saya belum baca buku soal ini/walau mungkin ada). Laba-laba membuat jaringnya selalu terikat dengan baik antara satu titik ketitik yang lain, ini mengambarkan bahwa setiap lembaga pemerintah harus merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan baik tanggung jawab terhadap pelaksanaan program maupun garis koordinasinya. Antar lembaga jangan saling salahkan, misal hasil panen menurun yang jadi kambing hitam pertanian, padahal Kimpraswil, perindustrian perdagangan, camat, kades, swasta, NGO semua harus turut bertanggung jawab dan mencari jalan keluarnya. Laba-laba selalu berusaha untuk berada ditengah-tengah jaringnya, ini menggambarkan bahwa seorang pemimpin harus bersifat adil, tapi bukan dia berarti tidak pernah kepinggir jaring, bahkan dia selalu turun lapangan dengan memeriksa setiap titik jaringnya secara detail, hal ini menunjukan bahwa seorang pemimpin harus mengerti setiap permasalahan baik politik, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, pendidikan, pertanian, perindag, agama dan lain-lain (orang yang berilmu). Laba-laba selalu dengan peka merasakan setiap kejadian pada titik-titik jaringnya dan segera memperbaiki setiap kerusakan tampa menudah waktu. Ini menujukan bahwa seorang pemimpin harus peka terhadap keluhan, permasalahan dari lembaga yang ada dan masyarakat kemudian menindaklajutinya dengan sebuah kebijaksanaan untuk memperbaiki bukan malah mengeruhkan suasana. Laba-laba selalu bejalan kesetiap wilayah jaring dan menarik sudutsudut tertentu yang membuat beberapa titik jaring juga turut bergerak. Ini menunjukan bahwa bila seorang pemimpin membuat kebijaksanaan khusus maka semua dinas instanti yang terkait harus bergerak bersama untuk menyukseskan program tersebut, lepaskan ego sektoral, jangan saling salahkan. Misalnya saat pemimpin punya program bidang pertanian, maka kehutanan harus berusaha mencari lahan, perdagangan menyiapkan pasar, perindustrian meneliti cara memberikan nilai tambah, kimpraswil menyiapkan jalan, jembatan, irigasi. Kesehatan menjaga kesehatan petani, pertanian sebagai leader, alim ulama memberi motivasi, LSM mendukung bukan merecoki, pers turut menso sialisasikan program dan seterusnya.

Kita ketahui bahwa bahwa khusus untuk Propinsi Bengkulu dan lebih khususnya Bengkulu Selatan, seorang pemimpin mempunyai tugas yang sangat berat untuk itu memang harus seorang pemimpin pilihan. Seorang pemimpin tugas berat ini mempunyai karakter ideal antara lain dia harus ; Jujur, Visioner, Tegas, Bisa diandalkan, Berwawasan luas, Inspiratif, Kompeten, Bisa mengendalikan diri, Adil, Independent.

Adapun beberapa langkah prioritas yang harus diambil oleh pemimpin tugas berat ini adalah sebagai berikut ;

(1). Memiliki keyakinan bahwa tugas tersebut akan dijalankan dengan adil dan dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan, negara dan diri sendiri.

(2). Mengumpulkan seluruh fakta yang saling berhubungan, menganalisis seluruh fakta tersebut, menyimpulkannya dan mengantisipasi kemungkinan terjelek.

(3). Menerima dan menghadapi semua fakta walau fakta tersebut sangat jelek, dan membuat rencana serta strategi untuk menyelesaikan permasa lahan tersebut.

(4). Menterjemah kan tujuan organisasi dalam visi dan misi yang dapat dipahami dengan jelas oleh tiap karyawan dari tingkat atas sampai bawah.

(5). Membangun komunikasi, sedapat mungkin melibatkan elemenelemen penting (Tokoh Masyarakat) untuk halhal yang strategis sehingga muncul rasa memiliki terhadap kepemerintahan.

(6). Membentuk tim yang tangguh dan kompeten (menempatkan orang sesuai dengan keahliannya).

(7). Memimpin dan membimbing team leaders untuk membuat melaksanakan rencana.

(8). Membuat rencana aksi untuk dapat melaksanakan tindakan selanjutnya. (9). Menuangkan rencana aksi tahunan dalam rancangan anggaran dan kemudian memonitornya secara ketat.

(10). Memberikan penghargaan bagi mereka yang telah memberikan yang terbaik.

(11). Memperhatikan cash flow/Anggaran.

(12). Siap bertanggung jawab bila pilihan gagal.


Tidakada yang sulit bila kita ingin berusaha, tidak ada jalan buntu bila kita ingin mencari, tidak ada kemiskinan bila kita ingin berkerja, tidak ada kebodohan bila kita ingin belajar “Susungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. ArRa’d 11) Silahkan kunjungi www.gusnan-mulyadi.blogspot. com. (Gusnan Mulyadi, SE. MM. alumi FE UNIB)

Minggu, 15 Maret 2009

PENERUS TAHTA BENGKULU SELATAN DAN BIBIT JAGUNG



Hari
demi hari bergulir dengan pasti tinggal hitungan jam lagi Bupati dan Wakil Bupati Bengkulu Selatan akan meletakan jabatannya. Kita harus berani jujur menilai bahwa cukup banyak keberhasilan yang dicapai oleh Bupati dan Wakil Bupati Fauzan Jamil dan Jani Hairin, walau secara jujurpun seharusnya beliau-beliau ini harus berlapang dada bila dikritik bahwa masih ada kekurangan disana-sini, menurut saya ini wajar sebagai manusia pasti ada lebih dan kurangnya, nilai sebuah keberhasilan seorang pemimpin bukanlah pemimpin itu yang menilai, melainkan rakyat yang dipimpinnyalah yang menilai, menurut rakyat berhasil maka berhasilah dia dan sebaliknya bila kata masyarakat gagal maka sesungguhnya itu pasti gagal. Sampai saat ini rakyat Bengkulu Selatan baik yang ada di Bengkulu Selatan maupun yang dirantau semuanya dibebani beberapa pertanyaan besar “Apa yang akan terjadi dengan pemindahan kekuasaan ini ?. Akankah ini berjalan dengan diiringi oleh tarian perpisahan dan dilepas dengan senyum kebahagian atau ini akan diiringi oleh teriakan kemarahan dan tangisan kekecewaan, (jujur saya sendiri bingung).

Kita semua berharap semuanya berjalan dengan baik. Kita harus sadar bahwa roda ini harus tetap berputar kedepan jangan mundur kebelakang, apapun yang terjadi skenario Tuhan pasti tetap berjalan, yang jelas Bengkulu Selatan harus tetap punya pemimpin siapapun itu. Doa saya dan para pendukung Dirha semoga pengakuan rakyat yang telah memilih Dirha menjadi Bupati dan Wakil Bupati terpilih bisa menjadi pengakuan Hukum dengan SK pelantikan dari Pemerintah dan Dirha yang dilantik, amin. Seandainyapun itu tidak dan tongkat kekuasaan jatuh kepada caretaker, itupun silahkan saja. Sekali lagi, the show must go on. Namun ada yang paling penting kita pertanyakan, bukan siapa yang berkuasa dan menjadi pemimpin, tapi BAGAIMANA DIA MEMIMPIN ?, sekali lagi inilah yang paling penting. Akankah pemimpin kita ini, kedepan bisa memenuhi keinginan masyarakat ?. Akankah kita dapat pemimpin yang adil, jujur dan bijaksana ?. Akan test CPNS akan transfaran?, akankah jabatan tidak dijual?, akankah pupuk tersediah?, akankah listrik bisa normal?, akankah keluarganya tidak serakah? bisakah membaur dengan rakyat ?, bisakah turut merasakan penderitaan rakyat?. Inilah yang patut kita cemaskan dan pertanyakan, jadi bagi saya bukan soal siapa yang memimpin tapi yang penting “BAGAIMANA DIA MEMIMPIN ?”. Sehubungan dengan perpindahan kekuasaan ini saya teringat dengan sebuah cerita.

Alkisah di sebuah kerajaan karena raja tidak mempunyai putera Mahkota penerus kerajaan, maka raja menganggap perlu mencari dan memilih calon penggantinya, untuk itu dibuatlah sayembara keseluruh penjuru negeri agar terseleksi per daerah, hingga ujian terakhir yang akan ditentukan oleh Raja sendiri. Pada babak akhir tersisalah sepuluh orang yang memiliki kepandai setara dan lulus seleksi (Adm dan Kesehatan juga lulus loh!). Di ibukota kerajaan mereka harus menjalani test terakhir oleh sang Raja sendiri. Raja dengan seksama menseleksi mereka satu per satu. Dihadapan mereka raja berpesan “anak-anakku sekalian tugas sebagai abdi negara bukanlah hal yang muda, itu adalah amanah yang harus diemban dengan tanggung jawab penuh, kalian bersepuluh terpilih sebagai calon yang terbaik, nah ! sebagai test terakhir, ini saya beri kalian 5 butir bibit tanaman (jagung), tanam dan rawatlah seperti engkau nantinya harus memelihara kerjaan dan merawat rakyat negeri ini, pulanglah dan datanglah kemari dua minggu kemudian berserta hasil tanaman bibit yang kamu bawa ini. Dua minggu kemudian sepuluh pemuda dengan bangga memperlihatkan tanaman yang mulai tumbuh bertunas, tiba giliran pemuda yang kesepuluh dengan wajah malu dan kepala tertunduk sambil melihat kepada pot yang dia bawahnya dia berujar “ampun baginda, maafkan hamba, biji yang baginda berikan sudah saya tanam, saya rawat dengan hati-hati tapi hingga hari ini bibit ini tidak mau tumbuh seperti yang diharapkan, saya sudah gagal menjalankan perintah baginda, saya tidak mengerti dimana kesalahan saya, tapi setidaknya saya telah berupaya maksimal, saya serahkan semua keputusan di tangan baginda “. Terlihat senyum penuh kepuasan baginda raja, kemudian disusul dengan tawa yang terbahak-bahak ha-ha-ha, semua yang hadir disitu saling berpandangan heran melihat prilaku raja seperti itu, lalu baginda menepuk pundak si pemuda, dan berkata “trima kasih anak muda, baginda senang, bahagia dan puas ternyata harapanku tidak sia-sia masih ada pemuda calon pemimpin bangsa diantara seluruh rakyat negeri ini” sambil berpaling kepada semuanya, raja melanjutkan “dengar baik-baik, pemuda ini telah memenuhi harapan terakhirku, dia pemuda yang jujur, calon pemimpin kerajaan ini dimasa depan, memang tanamannya tidak tumbuh sepertinya dia gagal, tetapi sebenarnya biji jagung yang aku berikan kepada semua peserta sudah aku rebus terlebih dahulu, jadi tidak mungkin ia tumbuh tunas walaupun dirawat sebaik apapun karena biji itu telah mati, aku kecewa sekali saat melihat tumbuhnya tunas yang dibawah anak-anak muda ini, hai ! kalian sembilan pemuda tidak jujur, kalian pantas dihukum karena sudah berani menipu baginda”, segera ke sembilan itu berlutut memohon ampun, namun baginda raja langsung memerintahkan menangkap dan menghukum berat kesembilan pemuda. Sungguh tragis nasib mereka, ambisi mereka untuk mendapat jabatan tersandung karena ketidak jujuran.

Kejujuran ada modal dasar yang harus kita miliki,kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana, walaupun kita tidak bergelimang harta namun yakinlah hidup kita akan aman, damai dan jauh dari rasa was-was, takut dan cemas. Namun kita heran masih saja banyak sekali orang yang tidak berani jujur ini, apalagi dalam persaingan perebutan kekuasaan seperti cerita tadi. Demikian juga dengan pilkada lalu dan menghadapi pemilu saat ini, sangat banyak sekali orang yang menggunakan cara-cara kotor. Mulai dari rekayasa ini rekayasa itu, beli suara dan lain-lain. Tapi yakinlah semua itu tidak akan menghasilkan yang terbaik. Kita dapat bayangkan kalau untuk mendapatkan jabatan saja dia sudah melakukan ketidakjujuran, maka pasti dalam memimpin dia akan lebih tidak jujur lagi. Kita berharap pemimpin Bengkulu Selatan Paska Fauzan Jamil – Jani Hairin ini adalah manusia yang berani jujur terutama kepada dirinya sendiri, tidak peduli siapapun itu.

Memang nilai suatu kejujuran pada awalnya sering tidak terlihat bahkan tidak jarang menjadi cemooan dan bahan tertawaan, sementara trik, strategi siasat sering sekali memukau dan mempesona setiap orang, bahkan tidak sedikit orang yang memuja dan berdecak kagum dengan beberapa strategi dan siasat yang dibuat orang (misalnya menghamburkan harta untuk beli suara, hehehe ini hanya misal loh jangan tersingung, kalau tersinggung berarti ya kan ?), sehingga semua orang tergoda untuk membuat trik dan strategi bahkan siasat licik untuk mencapai tujuan daripada tetap teguh dengan kejujuran. Namun dimanapun itu, kapanpun itu selalu saja Si jujur mendapat kemenangan yang berakhir kebahagian, sementara yang menggunakan trik dan siasat busuk dan jahat selalu menerima ganjarannya yang setimpal (seperti cerita diatas).

Kepada
Bapak Fauzan Jamil dan Bapak Jani Hairin saya selaku rakyat Bengkulu Selatan mengucapkan terima kasih atas jasa yang telah Bapak-Bapak tanamkan di Bengkulu Selatan dan sumbangsih tenaga dan fikiran Bapak masih sangat dibutuhkan oleh negeri ini dan siapapun yang memimpin Bengkulu Selatan kedepan saya ucapkan selamat semoga selalu dalam rahmat dan ridho Allah sehingga dapat menjalankan tugas berat ini dengan mengedepankan hati nurani untuk kepentingan rakyat, amin. (gusnan mulyadi /Alumni FE-UNIB)