Sabtu, 25 Desember 2010

TARIAN CAHAYA BINTANG



by ; gusnan gundul

Adakalahnya jiwa laksana ilalang di tengah padang, begitupun aku sangat limbung ketika tongkat pegangan patah luluh tak berbentuk. Kemana langkah akan dibawah, kemana hati akan ditaut, laksana kapas tertiup angin kadang melayang membumbung angkasa kadang kandas terhempas begulir bergumul debu. Jiwa yang segar layulah sudah kering kerontang laksana terbakar, yang ada hanya arang yang hitam, rasa hina makin mnjadi. Aku terasa sangatlah hina jiwa yang mati gairahpun layu. Tautan hati entah kemana, tempat bersandar dikala gundah. Namun tertanam kuat didalam diri, tak akan diri mati sebelum ajal. Kan kucari ganti yang hilang, kan ku sapu cermin yang buram.

Kubawa jiwa mengembarakan raga, harap bertemu hamparan hijau. Tertatih langka kuseret jua tiada ku hirau luka berdara. Ku ajak diri kedalam gelap harapkan mucul setitik cahaya. Ku ajak diri duduk disudut , dalam sunyi yang ramai dan riang, namun tetap bhatinku hampa, berselimut kabut awan kelabu. Kulayang pandang melihat bintang , bintang bertabur menari lembut. Cahaya bintang menyiram benih, yang terkubur lara tebakar dusta. Kutatap lembut gemulai bintang menari indah direlung jiwa. Suara lembut datang berbisik cahaya bintang mmbawa terang. Kini aku balik terjaga ternyata hidup belum berakhir, Dikau hadir diujung senja. Bintang datang memberi terang pembimbing arah biduk berlayar. Aku tak mau berdiam lagi bangkit berdiri terus berlari. Kudekap erat kekasih hati , hidup gairah berhias cinta, cinta didada membangun rindu, rindu dijiwa bagai istana. Kekasih hati pasrahkan diri sebab jiwa sudah terbuka. Kini Dia sudah bertahta meminta diri selalu merindu.

Batapa indah memadu kasih saat bersama tiada jarak, hamba tak paham dimana diri, mana Kekasih , kami berdua sesungguhnya satu, satupun kami untuk berdua, engkau Kekasih akulah hamba. Sangat jauh biduk berlayar membelah ombak bermandikan bayu. Suatu saat kamipun terbang mengitari bintang membelah mimpi, terdampar hamba ditaman surga ternyata Kekasih mendekap erat. Ada biduk ada telaga, laut beriak membelai jiwa. Kami terpaku terpana kagum, kilau cahaya gemerlap sinar, biduk belayar bermandi warna cahaya lampu selaksa rindu. Sebagai mana Kekasih dan hamba, hamba pelayan Ratu Nan Agung, sajian cinta sudah terhidang hamba layani Ratu Di hati, tanda bhakti diri mencinta. Aku merasa Engkaupun tahu ikhlas diri mnjadi hamba, syukur diri memujiMu Kasih. Getar rasa cinta bertalu menusuk dalam jantung hatiMu, tiada mungkin tidak Kau rasa sebab cinta begitu kuat, untuk itu hamba berharap cinta ku tabur bertumbuh kasih.

Sebagai mana seorang pencinta barharap Kasih Cantik Rupawan. Ku hias indah diri Kekasih pakaian Cinta besulam pujian, bagai mana hamba berpaling wajahMu cantik sifatMu agung, semakin kuhias semakin menawan. Ampun dan maaf hamba haturkan bila kuas lukisku tak sempurna lagi, maklum badai habis menerpa, yang merenggut semua tanpa bersisa, besar harapku bisa menghias wajah cantik indah sempurna namun tangan tak sampai dan kuas terbatas, hamba berharap esok menjelang.

Memang bumi tak mungkin datar, ada padang luas membentang, ada lembah berkelok indah, ada gunung menjulang tinggi, siangpun selalu diusir malam. Begitulah langkah menitih tangga kadang menaik tekadang jatuh. Bintang tertutup awan kelabuh, membuat arah menjadi bimbang . Pasang selalu berganti surut begitulah cinta kandang menghampa. Ahhh ... Kasih jangan ragu tatap jiwaku, Engkau bertahta didalam sana. Kuharap Engkau segera bersinar , usirlah mendung tabir cahaya. Aku disini menekur langkah disaat lalu bintang menari, cahaya bintang menerang jiwa harap biduk sampai dermaga. Kutepis ragu didasar jiwa Engkau Kekasih belahan jiwa. Cinta dalam tiada berdasar rinduku luas tiada berbatas DIKAU RATU dalam jiwaku. (gusnan gundul sebuah perjalan dlm pencarian diri)