Jumat, 26 November 2010

WAWANCARA IMAGINER DENGAN BUNG KARNO (HARI PAHLAWAN)



Oleh ; Gusnan Mulyadi

Pagi itu tanggal 13 November 2010, cuaca cerah berawan membuat suasana nyaman dan sejuk. Saya kembali bertandang dengan guru Bangsa ini BUNG KARNO. Dengan senyum ramah Bung Karno menyambut saya, beliau tampak santai dan bahagia sekali . Sendal kulit warna hitam, kain sarung dan kaos oblong putih dan tidak lupa jati diri beliau peci hitam dikepala, membuat suasana santai menjadi semakin terasa. Kami duduk santai ditaman belakang yang tertata apik dengan pemandangan lembah bebukitan yang sangat menyegarkan jiwa. Tidak lama kami duduk datanglah seorang wanita cantik menyuguhkan tempe mendoan, goreng pisang dan kopi hangat. (Hehehe rupanya Bung Karno tidak bisa lepas dari pemandangan yang terindah ini “perempuan cantik”).

BK ; “Lama tak berkunjung kemana aja Nak Doel” (Ujar BK membuka pembicaraan , kunjungan terakhir saya saat 17 Agustus lalu).

Doel ; Biasa Bung lagi ikut-ikutan mikirin negeri kita yang tak lepas dirundung bencana, yaaa … jadi nggak sempat bertandang sama Bung Karno (sambil mangut-mangut BK memotong pembicaraan saya).

BK ; Nahhh… itu nak Doel, sebagian besar bencana itu datang dari ulah manusia, dan bencana yang ada di Negara kita saat ini juga sebagian besar karena ulah manusia itu sendiri, … hhhmmmm maksudnya begini, di jagat raya ini ada dua energy yaitu Positif dan negative, kalau untuk manusia ini bernama Sifat Taqwa dan Sifat Fujur atau Sifat Malaikat dan Sifat Setan. Nah alam yang luas ini hanya memiliki Energy yang baik yaitu Ketaqwaan, alam ini senantiasa bertasbih kepada Allah tanpa henti-hentinya, di satu sisi manusia Indonesia ini lebih banyak yang memancarkan energy negative bahkan energy negative ini lebih mendominasi diseluruh lini kehidupan, perusakan hutan dan alam, saling fitnah, saling jatuhkan dalam berpolitik yang tidak sehat, monopoli ekonomi, mafia hukum dimana-mana, orang-orang gampang marah, dendam politik yang berpanjangan, jual beli jabatan, sogok menyogok, kekuasaan diraih dengan money politik dan tekanan, rakyat menjual harga diri dengan memilih pemimpin dengan menjual suara. Seluruh prilaku itu merupakan energy negative yang sangat dahsyat yang berbentuk gelombang elektromagnetik dan energy itu memendar keseluruh jagat raya ini, termasuk mengenai Sang Maha Energy yang bernama Allah. Energi negative itu selalu betambah dari hari kehari dan terakumulasi karena secara terus menerus selalu dipancarkan oleh ratusan juta manusia, sehingga energy negative itu terakumulasi menjadi sebuah kekuatan negative sangat besar dan alam sudah tidak bisa menetralkanya lagi sehingga alam mengembalikan energy negative tersebut kepada manusia untuk kembali menyeimbangkan energy alam yang ada dalam bentuk bencana. Manusia selalu memuntahkan kemarahan, kecurangan, nafsu serakah, yang dibalas oleh alam dengan menjadi muntahan lahar panas, Lumpur Lapindo…. Yaaa begitulah alam selalu akan membalas setiap energy yang kita keluarkan, energy positif akan berbalas positif yaitu dengan tumbuhan yang subur dan yang lainnya. Waduhhh … koq malah ngomong kemana-mana nak Doel… hehehehehe (BK tertawa riang menyaksikan saya bengong terpukau oleh penjelasan beliau).

Doel ; Wah… wah… wah … sungguh pemaparan yang luar biasa Bung, O yaa Bung beberapa hari yang lalu Negara kita memperingati hari Pahlawan bagai mana menurut Bung ?.

BK ; Ahhh itu hanya pekerjaan seremoni yang tidak berisi, upacara, nyekar ketaman makam pahlawan, itu hanya pekerjaan yang percuma dan sia-sia belaka. Lah wong kami yang pahlawan ini tidak merasa terhormat dengan perlakuan dan upacara yang dilakukan itu, bahkan kami ini sangat sedih sebab mereka semua berebut ingin mnjadi pahlwan kesiangan.

Doel ; Koq Bung ngomong begitu bukankah itu tanda penghormatan kami yang hidup ini kepada pahlawan seperti Bung..??? (ujarku kebingungan)

BK ; Ingat Nak Doel, kami berjuang itu bukan untuk mencari kehormatan apalagi untuk dihormati dengan upacara kayak gitu, kami berjuang itu untuk kesejahteraan rakyat yang miskin, untuk mensejahterakan kaum Marhaen. Nah kalau untuk membahagiakan kami atau menghormati kami ya mbok diingat aja apa cita-cita kami, kemudian teruskan cita-cita itu dengan penuh keikhlasan, misalnya ; kami sudah rumuskan pada pasal 33 UUD 45 “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan lah sekarang ini malah berdasarkan asas KESERAKAHAN ; Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara, sekarang ini malah semuanya dikuasai oleh segelintir orang saja dengan monopoli, oligopoly dan yang dikuasai oleh Negara juga cuma untuk mensejahterakan segelitir orang saja, rakyat kecil listriknya mati orang besar terang terus ; Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat , nah … untuk yang itu malah lebih banyak dikuasai dan dimanfaatkan untuk mereka-mereka yang tertentu saja, tanah-tanah, sumber daya alam lainnya sudah di kuasai oleh pengusaha dan penguasa saja. Pasal 34 Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara, nah ini yang lebih parah lagi Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar diperalat oleh beberapa orang untuk kepentingan pribadi kelompok dan golongan. Gas 3 kg meledak, pupuk susah, kesehatan mahal, pendidikan yang layak dan berkwalitas hanya milik orang kaya dan berkuasa saja. Nah nak Doel itulah yang membuat kami ini bersedih dan tidak bangga dengan peringatan hari pahlawan dengan upacara-upacara yang seremonial itu. Kami akan bangga bila mereka menuruskan cita-cita kami, berpihak dengan yang lemah dan mensejahterahkan rakyat. (Papar Bung Karno dengan sangat serius dengan wajah sedih).

Doel ; Yaa Bung … Saya jadi ingat cita-cita yang tertuang dalam UUD 45 itu sungguh mulia sekali Bung.

BK ; Benar itu Nak Doel tidak gampang merumuskan itu, kita yang merumuskan itu smuanya orang-orang pintar dan hebat, lah kalau membuat anggaran dasar koperasi aja banyak pemimpin yang tidak bisa, bagai mana mau buat UUD …. Hehehehehe.

Doel ; Bung ! Kemarin Obama ke Jakarta, disambut dan dijamu secara luar biasa oleh pemerintah bagai mana menurut Bung ?

BK ;Ga apa bagus itu memang kita harus menghormati dan memuliakan tamu, kalau saya malah saya akan hibur dengan penyanyi dan penari yang cantik-cantik, biar Obama tahu tidak hanya istrinya yang cantik, orang Indonesia malah lebih banyak yang cantik-cantik…. Hehehehe, Nah saat dia menikmati tarian dan nyanyian saya akan todong dia dengan deal-deal soal Freeport dan beberapa kesepakatan yang menguntungkan kita …. Hehehe

Doel ; Bung , malam jamuan Mbak Mega datang keistana padahal sudah sangat lama Mbak Mega ga mendatangi undangan ke Istana, bagai mana ini ???

BK ; Hoooo … saya bisikan ke Mbak EGA, Nduk kamu harus tunjukan bahwa kamu bisa membedahkan kepentingan dan kehormatan Negara dengan masalah politik, Ega itu pinter dia langsung ngerti tapi secara politik dan prinsip Ega tetap teguh bahwa BEYE itu belum bisa meneruskan cita-cita Bapaknya dan para pejuang lainnya sehingga Ega tetap teguh bahwa BEYE bukan orang sehaluan sama PDIP. (BK sambil mengambil tempe mendoan)

Deol ; Pada pidatonya di Balairung UI Obama mendapat aplaus beberapa kali terutama saat beliau mengatakan bahwa beliau mengambil makna dari BHINEKA TUNGGAL IKA dan PANCASILA bagai mana menurut Bung..??

BK ; Hehehehehe , saya jadi geli sama mereka, obama cuma baru bisa menyebutkannya saja mereka tepuk tangan, hehehehe tapi ga apa-apa lah, wong hakekat dari perkataan Obama dan tepuk tangan mereka itu adalah mengakui bahwa saya dan kawan-kawan yang mencetuskan itu jauh lebih hebat dari Obama … ya kan nak Doel… ??? (BK menatap saya seraya minta pengakuan dari saya dan saya mengangguk dan dalam hati saya sangat kagum dengan BK).

Doel ; Iya Bung sebagai perumusan Pancasila dan UUD 45 yang jauh lebih pintar dari Obama. (Sambungku dengan anggukan kekaguman).

BK ; Hehehehe (BK tertawa panjang riang mendengar pujianku).


Doel ; Bung ! Mengikuti pidato Obama di UI , sungguh membuat saya berdecak kagum, hidup, mengalir tertata dan terjadi komunikasi emosional dengan pendengar, ini sungguh luar biasa dan mengingatkan saya dengan Bung Karno sebagai orator ulung.

BK ; Hehehehe nak Doel pintar memuji saya. Oyaa memang begitulah harusnya seorang pemimpin berbicara di podium jangan seperti para pemimpin kita kalau dia pidato urat tengkuk pendengar jadi tegang dan kaku sebab Dia pidato tanpa senyum laksana tentara menyampaikan laporan, sehingga suasana tidak santai dan hidup. Untuk saat ini sangat sedikit pemimpin yang bisa bicara baik didepan public, hal ini wajar sebab salah satu kesalahkan besar pendidikan bahasa Indonesia tidak pernah ada pelajar pidato, drama dan lebih banyak pelajaran bahasa Indonesia itu cuma bersifat hapalan, bukan pelajaran bagaimana berbahasa yang baik. Nah! hal Itu juga yang melatarbelakngi saya sering membuat kelompok drama.

Doel ; Woww … sungguh banyak pencerahan yang saya dapat setiap berdiskusi dengan Bung Karno. Oya Bung ! Khusus untuk Bengkulu saat ini bagai mana menurut Bung ?

BK ; Jujur belum ada yang dapat saya Banggakan dengan Bengkulu, sebagai salah satu produsen sawit yang cukup besar Bengkulu belum bisa menciptakan nilai tambah untuk produk tersebut, CPO di export rata-rata dari Tanjung Priok dan Belawan, sehingga orang hanya kenal sawit Medan. Produk hilir CPO yang sederhana saja seperti minyak goreng curah, Bengkulu belum bisa memproduksi, padahal dengan pembelian minyak goreng curah dari luar Bengkulu saja itu sudah mngakibatan capital flight yang sangat besar, yang menyedihkan bahan bakunya CPO dari Bengkulu. Ini hanya contoh kecil saja Nak Doel, masih banyak lagi yang lain ….. hehehe (Bung Karno tertawa getir)

Doel ; Sebagai penutup Bung , apa saran Bung Karno untuk rakyat dan pemimpin negeri ini ?

BK ; (Bung Karno memperbaiki posisi duduknya) Untuk rakyat Indonesia belajarlah dewasa dengan memilih pemimpin bukan memilih, kepala desa, Bupati, Walikota, Gubernur dan Presiden saja, namun carilah yang mempunyai jejak rekam yang baik dan layak menjadi seorang pemimpin bukan cuma penguasa. Untuk para pemimpin mohon dicamkan hal berikut, janganlah tujuan ikut pemilihan umum itu hanya menang namun muliakanlah tujuan itu untuk menjadi pemimpin, jadikanlah kemenangan itu hanya jalan, dan jabatan kepala desa, Bupati, Walikota, Gubernur dan Presiden itu sebagai alat untuk menjadi pemimpin. (Bung Karno menghirup Kopi)

Doel ; Sungguh luar biasa Bung, coba seluruh pemimpin di negeri ini berfikir seperti Bung Karno, pasti negeri ini sudah lama maju. Saya sangat berterima kasih atas kesedian Bung Karno menerima dan berbincang dengan saya, saya mohon pamit Bung, sampaikan salam kami dari Bengkulu pada Bu Fat.

BK ; Baik nak Doel saya suka dengan anak muda kayak Nak Doel, oya sampaikan dengan Pemerintah disana bahwa saya sangat setuju bila kisah saya dipengasingan terutama kisah cinta saya dengan istri tercintaku Fatmawati difilmkan. (Bung Karno tersenyum mengenang kisah cintanya).

Doel ; Baik Bung Terima kasih, Assalammualiakum Wr.wb

BK ; Waalaikum salam , ati-ati nak Doel.

Penulis adalah Alumi Fakultas Ekonomi UNIB