Kamis, 13 Juli 2017

Bimbang Adat Untuk Pariwisata

Bimbang adat adalah suatu warisan dari para leluhur suku Serawai sangat berharga yang tidak berwujud. Di dalam kegiatan bimbang adat ada kegiatan budaya, seni tari, seni musik, dan juga terkandung ajaran kehidupan yang mulia. Saya pada tulisan ini tidak untuk membahas prosesi bimbang adat, juga tidak akan membahas aturan-aturan adat serta unsur-unsur kesenian yang ada didalamnya, namun saya ingin membahas Bimbang Adat dari sudut pandang industri Pariwisata modern.

Sebagai mana beberapa kegiatan adat di penjuru nusantara yang mampu menjadi komoditi Pariwisata dan mampu menyedot wisatawan manca negara maupun wisatawan domestik, kita ambil contoh Upacara pemotongan rambut gimbal di Dieng Jawa Tengah yang mampu menyedot ratusan ribu wisatawan, upacara ngaben (pembakaran mayat di Bali), pacu jawi (pacuan sapi yang diadakan di tanah berlumpur) di Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat dan masih sangat banyak sekali baik di Jawa, Bali, Sulawesi dan daerah lainnya. Untuk menjadikan Bimbang Adat sebagai salah satu komoditi pada industri Pariwisata maka kita harus menelusuri kelebihan dan kekurangan Bimbang Adat dalam kajian Pariwisata.

Syarat sebuah objek wisata/daerah bisa dijual dalam industri Pariwisata maka harus bisa memenuhi hal pokok sebagai berikut.
1. Adanya something to see (What to see) Maksudnya adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat.
2. Adanya something to buy ( What to buy) Maksudnya adalah sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli.
3. Adanya something lto do (What to do) Maksudnya adalah sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat itu.

Baiklah mari kita urai "What to see" pada Bimbang adat, sangat banyak yang menarik dalam proses Bimbang Adat mulai dari proses Melemang (memasak lemang secara gotong royong) negak atar-atar (membuat tempat memepelai bersanding yang beratap daun kelapa di alam terbuka) malamnya ada seni dendang yang penuh dengan tarian yang indah dan juga musik tetabuhan yang sangat menarik, tari gegerit yaitu tari pergaulan muda-mudi yang diiringi suara musik kelintang dan gendang, besok harinya ada acara makan luan rumah, dilanjutkan dengan tari adat numbak kerbau, pengantin duduk di atar-atar, pemotongan kerbau, sampai acara makan bersama. Jadi untuk syarat "What to see" bisa dijawab terpenuhi dan cukup banyak sepanjang proses bimbang adat yang dua hari satu malam itu hal sangat menarik untuk dilihat dan disaksikan oleh para wisatawan.

What to buy. Untuk menjawab pertanyaan apakah ada sesuatu yang khas bisa dibeli di Wilayah Bimbang Adat dalam hal ini ada wilayah Bengkulu Selatan, mari kita telusuri sesuatu yang khas bisa di beli di Bengkulu Selatan. "Bajik Pino" bajik atau lebih dikenal dengan Wajik merupakan masakan nusantara yang banyak terdapat di mana-mana, namun ada sesuatu yang berbeda khusus untuk bajik Pino, mulai dari kemasan cara masak dan perpaduan bahan bakunya sudah sangat berbeda. Bungkus bajik Pino dari daun pisang kering dan tekstur yang kering agak keras dan dominan gula membuat bajik Pino punya cita rasa yang bentuk tersendiri yang tidak akan bisa kita dapatkan ditempat lain. Ada juga bipang Kedurang yang tentu tidak bisa kita jumpai di tempat lain selain di wilayah Kedurang dan Padang guci, bipang Kedurang mulai dari cara masak dan perpaduan bahan bakunya pun sudah punya khas tersendiri yang membuatnya punya ciri khas. Bengkulu selatan sebagai salah satu penghasil ikan tawar dan laut tentunya mempunyai nilai lebih di bidang wisata Kuliner tentunya. Jadi Bengkulu Selatan juga menawarkan sesuatu yang khas, unik mempunyai nilai jual yang cukup bagus untuk dijadikan salah satu produk dalam industri (paket) wisata.

Adanya something lto do (What to do) , untuk mengetahui apakah kegiatan Bimbang Adat bisa memenuhi syarat What to do atau apakah ada yang dapat dilakukan oleh wisatawan dalam proses bimbang adat ?. Jawabnya selama proses Bimbang Adat hampir semua proses siapapun itu baik wisatawan maupun pengunjung lokal biasa bisa turut aktif dalam setiap proses. Mulai dari acara melemang dan negak atar-atar wisatawan bisa ikut serta mulai dari awal sampai akhir, kemudian malam hari para wisatawan bisa ikut serta dalam seni dendang yaitu menari dan berpantun dengan diringin musik biola dan bunyi tabuhan gendang (rebana) dan juga turut serta dalam kegiatan gegerit (menari adat). Kemudian pada esok harinya wisatawan bisa ikut serta mulai dari acara makan luan rumah sampai mari adat numbak kebau (nombak kerbau) dan proses lanjutannya sampai setengah hari penuh termasuk didalamnya makan bersama dengan gulai kerbau yang tadi di sembelih.

"Melemang" yaitu acara memasak lemang secara bergotong-royong yang dilakukan oleh kaum perempuan maupun kaum laki-laki, acara Melemang ini di mulai dari kaum laki-laki mengumpulkan bambu kemudian memotongnya dan dilanjutkan oleh kaum perempuan membuat bumbu lemang, memasukan besar kedalaman bambu, dan dilanjutkan dengan memasak lemang bersama-sama yang biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Pada saat Melemang ini di tempat lain sebagian kaum pria negak atar-atar. Negak atar-atar ini dimulai dari proses pengumpulan bahan (kayu, bambu, daun kelapa, daun pakis, tali dll) yang kemudian dirakit menjadi pondok. Dalam proses ini semua masyarakat yang terlibat diberikan sajian makan tradisional seperti kue tat, tapai, goreng pisang, juada dan sekaligus makan siang. Di setiap proses ini diharapkan para wisatawan dapat turut aktif membaur bersama masyarakat.

Setelah kegiatan Melemang dan negak atar-atar selesai yang diakhiri acara makan siang, wisatawan bisa ajak utk melakukan kegiatan lain atau acara bebas. Untuk diajak pada kegiatan lain, mungkin bisa diajak mandi sungai (lubuk Langkap) atau panen salak, kemudian kembali ke hotel untuk kemudian persiapan acara adat di malam harinya. Pada malam harinya dilakukan acara adat seni dendang mutus tari dan gegerit. "Seni dendang mutus tari" adalah kesenian lokal yang didalamnya ada runtutan kegiatan adat, mulai dari pemanggilan per serta bedendang, dimulainya acara dan tahapan-tahapannya. Seni dendang menggunakan dua alat musik utama yaitu rebana dan biola dan diisi dengan suara nyanyian yang bersyair pantun. Bunyi musik tadi untuk mengiringi tarian yang sangat beragam pada setiap pengajarannya. Sangat banyak jenis tarian yang gerakannya sederhana dan wisatawan bisa kita ajak menari bersama dalam acara seni dendang ini. Pada malam ini juga ada "gegerit" yang di awali dengan tari kebanyakan untuk bapak ibu yang tentunya semua wisatawan bisa ikut semua dalam tarian bersama ini, kemudian ada tarian untuk pergaulan muda mudi yaitu tari berpasangan antara bujang dan gadis. Esok harinya kembali dilanjutkan dengan acara adat "makan luan rumah" dilanjutkan dengan "nari numbak kebau" dan dalam selama rangkaian kegiatan kesenian , adat budaya ini bisa diikuti oleh semua wisatawan.

Didamping beberapa hal diatas, kelebihan dari upacara bimbang adat ini diselenggarakan sepanjang tahun bahkan hampir setiap minggu, sehingga sangat leluasa untuk dibuat paket wisata dan juga bisa di padukan dengan wisata Arung Jeram dan yang lainnya. Penyelenggaraan bimbang adat dilakukan secara mandiri oleh pihak keluarga yang mempunyai hajatan bimbang adat itu sendiri tanpa harus di support oleh Pemerintah. Namun bila Pemerintah benar-benar ingin menjadikan bimbang adat ini sebagai komoditi Pariwisata maka seharusnyalah Pemerintah memberikan bantuan baik berupa support alat (kelintang) biola dll bahkan kalau memungkinkan diberikan subsidi bagi mereka yang menyelenggarakan bimbang adat. Jadi kalau ditinjau dari sudut pandang Pariwisata maka bimbang adat sangat layak dijadikan objek wisata budaya untuk kabupaten Bengkulu Selatan. Sekarang hanya tergantung kepada Pemerintah , punya kemauan, punya kemampuan (cakap) untuk mengelola ini semua menjadi asset daerah yang bisa mendatangkan PAD bahkan devisa untuk negara dan tentunya akan bisa turut Mensejahterakan rakyat Bengkulu Selatan. Kami pemerhati budaya yang sekaligus insan Pariwisata akan selalu berbuat dengan kemampuan kami untuk mengembangkan bimbang adat menjadi komoditas industri Pariwisata daerah. (Penulis Gusnan Mulyadi / pelaku Pariwisata)