Jumat, 30 Januari 2015

PILKADA “BERHARAP STEAK LEZAT DARI BANGKAI YANG BUSUK”

Kemarin saya sempat diskusi dengan kawan di kantor mengupas sedikit persoalan agenda besar PILKADA di republic ini, salah satu pokok bahasan yaitu “mengapa sangat sedikit sekali Kepala Daerah yang terpilih menjadi PEMIMPIN dan BERPRESTASI HEBAD” ?. Ada yang mengatakan karena rakyat salah pilih, ada yang mengatakan kalau kampanye bagus tapi saat menjabat menjadi bejat dan banyak lagi yang lainnya. Saya yang hanya jadi
pendengar sambil membaca berita di detik.com jadi tergelitik untuk nimbrung.

Saya katakan bahwa proses mencari pempimpin atau pilkada itu sesungguhnya tidak berbeda dengan sebuah dapur restoran yang mengolah dan menghidangkan masakan dan sangat banyak orang yang terlibat, mulai dari bahan baku , pencari atau tukang belanja bahan baku di pasar, alat-alat memasak, koki dan pembantunya, para pemesan yang membayar makanan dan semua hal yang terlibat. Nah begitulah pilkada sesungguhnya. Katakanlah bahan bakunya ada dua singkong dan gandum merk cakra yang kualitas bagus, nah sepandai-pandainya koki dan secanggih-canggihnya alat dapur tidak akan memasak singkong bisa diolah menjadi kue bolu, spageti, pizza, hamburger, demikian juga halnya dengan gandum merk cakra walau bahan bakunya sangat bagus maka tidak akan pernah menjadi hidangan yang lezat dan berkualitas kalau kokinya tidak pandai memasaknya dan juga sembarang serta kotor dengan alat-alat yang tak steril dan pasti akan menjadi makanan yang tidak bermutu bahkan menjadi racun.

Begitupun PILKADA bahan baku adalah calon KADA , bila calonnya memang sudah tidak cakap jiwa, tidak cakap raga, tidak cakap pengetahuan ilmu, tidak patut moral, tidak punya inovasi dan tidak kreatif, jangan pernah berharap dia menjadi Kepala Daerah atau pemimpin yang hebat dan tangguh, jangan berharap dia bisa memakmurkan rakyat yang dia pimpin. Demikian juga dengan calon KADA yang hebat, pintar, berlian, cerdas tapi kalau proses PILKADAnya penuh kekotoran, sogok, beli partai, beli suara, rekayasa, janji kosong , ditambah penyelengara yang kotor dan tak jurdil, maka si Calon yang cerdas, pintar dan hebar akan menggunakan kemampuannya untuk menipu rakyat, mencuri dan menguasai hak rakyat, lahan-lahan tanah, sumberdaya alam disulap dengan kepintarannya untuk kepentingan dia, anak, menantu dan kroninya.

Kemudian salah satu senior yang kita panggil Pak Ustadz nyeletuk , “Ok begini , kalau menurut Gusnan bagai mana sebaiknya agar dapat pemimpin yang benar-benar seperti para Khalifah ?”. Sebenarnya sederhana pak kalau semua komponen punya niat baik maka pasti bisa. Kalau kita kembalikan ke konsep restoran tadi maka ; Partai politik adalah orang yang memilih dan membeli bahan baku yang bagus dalam hal ini calon pemimpin , jadi seharusnya PARPOL itu yang mencari figure yang bagus, baik, jujur, cerdas dan bersih kemudian di usung mencari calon mereka, seperti contoh NASDEM yang bukan di PINANG tapi mencalonkan CAPRES kemarin. Bukan malah parpol rame-rame buka pendaftaran siapa yang mau mencalonkan diri kemudian siapa yang bayar paling besar beli perahunya itu yang di usung, yakinlah walau calonnya bagus tapi sudah terkontaminasi virus beban biaya tinggi pemicu korupsi. Bila parpol sudah bertindak begitu pastilah semua calon adalah orang-orang pilihan dan pasti bagus jiwa,raga,moral, bersih, cerdas, inovatif dll. Namun bila tetap seperti sekarang siapa yang berani bayar mahal perahu parpol alamat dapat nahkoda para LANUN kata orang melayu alias BAJAK LAUT hahahaha.

Kemudian bahan baku alias para calon diproses di dapur restoran oleh tim Chef atau koki yaitu ; KPU, PANWAS dan semua komponen yang terkait seperti, GAKUMDU, Media massa. Tugas media massa dan para cerdik pandai memberi tahu masyarakat yang mana hidangan dari bahan baku berkualitas dan proses masak yang steril agar masyarakat jangan salah beli. Kemudian kue atau makanan yang di kelola dapur tadi dimasukan ke dalam pajangan atau menu restoran yang bernama PILKADA, dalam hal ini rakyat pemilih adalah pembelinya atau pelanggan restoran tersebut. Nah pada tahapan ini kuncinya ada pada Rakyat mau hidangan yang mana yang di BELI (dengan hak pilih/coblos). Seharusnya masyarakatkan sudah tahu yang mana hidangan dengan bahan bagus dan berkualitas dan diproses dengan baik dan steril dan kue atau hidangan itulah yang dibeli. Sehingga kue (calon) yang paling laris adalah yang bahannya (calonnya) bagus dan berkualitas dan dimasak dengan baik dan streril (bukan penuh sogok dan trik intrik curang) sehingga larislah hidangan atau kue yang baik atau calon yang berkualitas.

Namun yang terjadi saat ini sungguh menyedihkan, para parpol berlomba jual perahu sehingga bahan baku yang sudah BAU BANGKAIPUN (contohnya calon kapolri, calon Kada yang bermasalah) asal bayar mahal tetap di usung (mana mungkin bangkai akan jadi steak yang lezat). Nah lebih rusaknya lagi, masyarakat mau saja dikasih uang kemudian disuruh beli kue atau hidangan yang busuk bahkan mengadung virus sangat berbahaya bagi kesehatan yaitu virus KKN, eeee masyarakat malah menikmati saat dikasih uang suruh beli STEAK BUSUK tadi hehehehe, akhirnya seiring waktu baru ngomong saya mencret, mau muntah, nasi sudah menjadi taikkkk, dikasih santan dan gula pun tak akan jadi bubur lagi, makan itu STEAK BUSUK selama 5 tahun hehehe. Kawan yang berdiskusi turut ketawa semua mendengar uraian saya hehehe. Terus atasan saya bilang “Sanak tula majula lagi periode ini”. Kikikikikik saya ketawa, “Saya sudah pasang niat kuat untuk maju, eeee setelah baca perpu, itu perpu bilang kalau PNS harus mundur dari PNSnya hehehe, walau saya tak punya jabatan saya masih sayang sama PNSnya tanggung umur belum bisa pension dini”.
Yaa begitulah kami di kantor selalu saja ada topic menarik yang bisa di bahan diskusi dan obrolan santai setiap hari habis apel pagi di kantor. Sekali lagi TIDAK AKAN MUNGKIN BANGKAI BUSUK BISA DIOLAH MENJADI STEAK YANG LEZAT… hahahaha