Jumat, 01 Oktober 2010

BUNUH RASA TAKUT UNTUK SUKSES


Oleh ; GUSNAN MULYADI

Ada pelajaran yang sangat berharga saat saya jalan-jalan ke kota Malang beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan seorang bapak yang sederhana dan sangat bersahaja. Namun kehidupannya sebagai prajurit TNI sudah menempahnya menjadi seorang yang sangat yakin menjalani hidup. "Selagi kita punya cita-cita jangan takut berjuang untuk menggapainya, walau apapun rintangannya bahkan kita tidak punya sedikitpun bekal modal untuk menggapainya" ini salah satu kalimat bijak yang keluar dari dirinya.

Beliau seorang prajurit TNI dengan pangkat rendah mempunyai empat orang putra. Saat saya bertandang kerumah beliau sungguh sangat luar biasa penyambutan yang beliau lakukan bagi saya orang yang baru beliau kenal. Memang tidak ada yang patut di banggakan untuk ukuran sebuah bangunan rumah tinggal yang didepan rumah itu terparkir sebuah vespa tua warna merah, namun saat saya melihat kedinding di ruang tamu yang di sana tergantung pigura dengan photo empat pemuda yang mana dua diantaranya berseragam TNI Angkatan Darat dengan pangkat perwira dan satu berseragam TNI Angkatan Laut dengan pangkat perwira dan satu yang berpakaian sipil menurut beliau adalah anak bungsu yang sudah menjadi seorang dokter dalam persiapan sekolah spesialis, jujur pemandangan itu membuat pandangan saya menjadi kagum dan ini adalah keluarga sederhana yang sangat sukses luar biasa menurut saya.

Bukanlah gampang untuk mencetak seorang anak menjadi perwira TNI dengan lulus AKABRI (AKMIL), tentu ada sebuah kekuatan luar biasa dari dalam diri sehingga itu bisa terwujud. "Mas Gusnan ! saat saya punya keinginan yang kuat dari dalam hati saya ikuti itu, tanpa pernah berfikir akan semua rintangan yang akan menghadang, laksana berangkat ke medan perang tanpa membawah bekalpun kita harus berperang, namun yakinkan diri nanti di dalam perjalanan pasti akan ada orang yang menawarkan air memberikan jambu atau pisang, bahkan tumbuhan dan buah-buahan liar akan menjadi rezki penambah bekal dalam pertempuran". Ujar Pak Yusuf dengan bijak, saya kagum mendengarnya.

Mendengar penuturan tersebut saya jadi teringat dengan sebuah kisah seorang ibu tua yang berjuang keras untuk menyekolahkan anaknya. Setamat sekolah menengah (SMA) sang putra mengantongi selembar ijazah dengan nilai yang sangat bagus, dia bertekat untuk tetap melanjutkan sekolahnya keperguruan tinggi walau dia mengetahui orang tuanya hanya petani miskin dengan berternak entok (itik) sekedarnya. Demi untuk mendukung sang putra, Sang ibu dengan segenap rasa ragu dan bimbang berkata "Anakku bila memang tekad kamu sudah bulat untuk melanjutkan sekolahmu, Ibu mendukung, namun ananda harus maklumi kalau kita ini orang susah, mungkin bisa mungkin tidak mengirimimu biaya sekolah di kemudian hari, engkau tahu semenjak meninggal Ayahandamu cuma Ibu yang mencari nafkah". "Ibu saya ikhlas menerima semua ini, namun saya harus tetap sekolah untuk merubah nasib keluarga kita" ujar sang Putra.

Seiring dengan perjalanan waktu dan kehidupan dirantau apaadanya, kuliah sang Putra hampir selesai, untuk ujian akhir sang Putra sangat butuh uang yang agak besar jumlahnya, kemudian dia tulis surat ke Sang Bunda. "Ibunda tercinta sungguh bahagia Ananda karena sebentar lagi Insya Allah ananda akan menjadi sarjana, sangat berat hati ini untuk membebani Ibunda namun harus ananda katakan bahwa bila tidak ada uang untuk ujian akhir ini maka ananda akan kehilangan waktu satu tahun, untuk itu mohon ibunda kirim uang pada ananda". Dengan rasa cemas campur gembira sang Ibu membaca surat tersebut, "Syukur itik sedang bertelur semua dan sudah terkumpul cukup banyak" gumamnya dalam hati.

Keesokan harinya dia bersiap-siap untuk menjual telur itu kepasar. Betapa terkejut sang ibu itu setelah mendapati semua telur simpannya busuk semua karena kena bocoran air dari atap rumah yang memang sebagian sudah bocor. Lemas rasanya seluruh tubuh, namun dengan tekad dalam kegalauan dia berdoa semoga terjadi ke ajaiban "Yaa Rabb semoga telur ini bisa laku di pasar nanti" doanya dalam hati.

Sudah hampir bubar pasar namun telur belum laku juga, perih rasa dalam hati karena membayangkan rasa kecewa dan sedih sang putra menunggu kiriman uang. Dia tatap telur telur busuk itu dengan tanpa terasa tetesan airmata sudah jatuh menetes perlahan. "Bu apakah telur ibu ada yang busuk" tegur seorang pemuda sambil melihat telur. "Iya nak semua telur ini sudah busuk semua", katanya lirih. "Syukur kalau begitu bu, saya sudah keliling kemana-mana mencari telur busuk namun hanya dapat lima buah, berapa harganya sebuah bu?" Tanya pemuda. "Terserah anak mau kasih berapa", ujar sang ibu. "Kalau begitu saya bayar 5.000 perbuah ya bu, susah sekali mencari telur busuk" ungkap sang pemuda. "Silahkan nak, terima kasih". Ujar sang ibu penuh rasa syukur. Betapa bahagianya sang ibu, harga telur segar saja cuma Rp. 1.500,- dan telurnya yang sudah busuk malah laku Rp. 5.000,- . Sedangkan sang pemudapun bersyukur sekali tugasnya mencari telur busuk untuk pelonco (Ospek) mahasiswa baru berjalan baik, padahal dia sudah putus asa takut dimarah kawan-kawanya karena gagal mencari telur busuk.

Nah... Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi satu menit kedepan sebab masa yang akan datang itu sifatnya gaib, untuk itu kita tidak perlu mencemaskan masa akan datang karena belum tentu yang akan terjadi seperti yang kita bayangkan. Kita boleh berencana, kita boleh ragu akan rencana kita, namun kita tidak boleh meragukan Tuhan yang pasti akan menolong umatNya yang berusaha dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Bila sudah terpancang niat dalam hati untuk memulai sebuah pekerjaan atau usaha yang baik maka janganlah ragu untuk segera memulai, jangan takut akan kegagalan, yakinlah setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya.

Satu hal yang harus kita tanamkan dalam jiwa kita bahwa, kita tidak boleh merasa takut akan masa depan dan segala resiko yang ada dan juga jangan ada perasaan penyesalan bila semua usaha yang kita jalankan mengalami kegagalan. Penyesalan akan masa lalu hanya akan membuat kita menjadi mati dalam hidup, hanya membuat kita menjadi seorang yang merugi dengan meratapi nasib dan kemalangan, membuat kita menjadi orang yang bodoh dalam berfikir serta membuat dunia ini terasa sempit. Untuk itu marilah kita halau rasa takut akan nasib jelek dihari depan dan mengusir rasa sesal akan kegagalan masa lalu. Salam sukses selalu dari GUSNAN GUNDUL