Kamis, 26 Maret 2009

MIMBAR JUM'AT "MENCARI FIRTAH DI LUAR PUASA"


Bismillahiramanirahim. Assalammualaikum WWW

Allahu Akbar Dialah Tuhan seru sekalian alam, Dia-lah Allah yang menghidupkan dari yang mati dan mematikan dari yang hidup, Dia-lah Allah tempat kita memohon ampunan, Yaa Allah mohon rubahlah yang hina pada diri kami menjadi mulia, rubahlah dosa dan kesalahan kami menjadi malfiro, Engkaulah tempat kami meminta petunjuk, barang siapa yang engkau beri petunjuk maka tak ada yang dapat menyesatkannya, barang siapa yang engkau sesatkan maka tidak ada satupun yang bisa menjadi petunjuk. Yaa Allah sucikanlah senantiasa jiwa kami agar selalu dalam fitrah Mu. Amin.
Allah berfirman “FA AQIM WAJHAQA LID DIINI HANIIFAN FITHRATALLAAHIL LATII FATHARAN NAASA ‘ALAIHAA LAA TABDIILA LI KHALQILLAAHI DZAALIKAD DIINUL QAYYIMU WA LAAKINNNA AKTSARAN NAASI LAA YA’LAMUUN.”
“Maka hadapkanlah wajah mu dengan lurus kepada Agama (Allah); (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) Agama yang lurus ; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS.Ar-Rum 30;30)
Pada ayat tersebut jelas kalau kita diciptakan menurut FITRAH ALLAH. Nah Bagaimana caranya agar wajah kita selalu lurus kepada FITRAH ALLAH serta tidak berubah. Saya mencoba untuk mengajak kita semua berfikir sederhana, agar kita tidak terperangkap dalam suatu pemikiran yang terlalu menjelimet dan tinggi, seolah-olah fitrah itu adalah suatu makhluk cahaya yang jauh bahkan sangat sulit untuk dijangkau oleh orang-orang awam. Sehinggah kita berfikir bahwa fitrah itu hanya milik para alim ulama dan ustads-ustads saja, sedangkan orang biasa seperti kita tidak layak mendapatkan fitrah. Ketahuilah bahwa itu adalah pemikiran yang sangat salah. Sangat banyak cara sederhana dari kehidupan kita sehari-hari baik dalam bersikap dan berbuat yang dapat memelihara hati kita selalu dalam fitrah. Salah satu kisah sederhana berikut ini dapat kita jadikan sebagai inspirasi bagi kita untuk tetap menjaga fitrah dalam hati.
Alkisah, disebuah kerajaan kecil ada seorang pemuda gagah yang kaya raya dan merupakan putra dari seorang saudagar kaya. Merasa memiliki kekayaan yang berlimpah dan keluarga terpandang si pemuda tumbuh menjadi seorang pemuda yang berwatak kurang baik. Dia menjadi seorang pemuda yang sombong, sering berkata kotor dan tidak sopan, berlaku kasar kepada semua orang. Setiap hari dia selalu berusaha untuk menghina orang lain, menghardik dan menyakiti orang lain. Hari demi hari perlakuannya semakin menjadi-jadi bahkan semakin senang menyakiti orang. Hingga suatu saat penduduk dan rakyat dikerajaan tersebut menjadi benci dan tidak senang dengan si pemuda. Kebencian penduduk ini dirasakan oleh si pemuda, dia dihindari penduduk, setiap orang tidak mau bertegur sapa dengan dia, bila dia mendekat orang menjauh, masyarakat berusaha untuk menghukum dia. Hal ini membuat si pemuda menjadi kecewa, gundah dan tidak tenang. Hingga suatu hari si pemuda meminta nasehat kepada seorang tetua masyarakat yang bijak. Si pemuda menjelaskan dari awal sampai akhir apa yang sudah diperbuatnya selama ini dan kemudian meminta Pak Tua Bijak untuk memberikan nasehat bagai mana caranya agar masyarakat senang kepadanya. “Pak apa yang harus saya lakukan agar masyarakat tidak membenci saya lagi” ujar si pemuda. Pak Tua menjawab “Anak muda, mulai hari ini setiap engkau melakukan kejahatan, setiap engkau menyakiti orang lain, engkau ambil satu buah paku dan engkau tancapkan ke kusen pintu rumah mu sebagai tanda, apabila kusen tersebut sudah penuh dengan paku maka engkau kembali lagi kesini”. Kemudian si pemuda mengikuti nasehat Pak Tua, semakin hari kelakuan si Pemuda semakin buruk saja dan masyarakat semakin benci kepada si Pemuda, setiap kejahatan yang dia lakukan selalu ditandai dengan paku yang dia tancapkan di kusen pintu rumahnya, suatu saat kusen pintu tersebut penuh dengan paku, tidak ada perubahan yang baik, bahkan masyarakat semakin membenci si Pemuda.
Sesuai dengan nasehat Pak Tua, bila kusen sudah penuh dengan paku maka dia harus kembali menemui pak Tua. Melihat kedatang si Pemuda pak tua langsung bertanya “Apakah kusen pintu rumahmu sudah penuh dengan paku?” tanya pak Tua. “Benar pak, tapi tidak ada perubahan malah saya semakin di benci” ujar si Pemuda. “Anak muda! sekarang engkau lakukan sebaliknya, engkau tidak boleh lagi melakukan kejahatan dan engkau harus selalu melakukan kebaikan sebanyak mungkin, engkau tidak boleh lagi menyakiti orang lain, berlakulah sopan, bantu orang dalam kesulitan, sayangi anak-anak, hargai kawan sebaya, hormati yang tua, santuni fakir miskin, yatim piatu dan anak telantar. Setiap engkau melakukan kebaikan, setiap engkau mengurungkan niatmu untuk melakukan kejahatan, tandai semua itu dengan mencabut paku yang tertancap di kusen pintu rumah mu, apabila semua paku sudah tercabut semua dan kusen pintu rumah mu sudah bersih dari paku tersebut, maka engkau datang lagi kesini. Mulai saat itu si Pemuda tidak pernah lagi melakukan kejahatan dan selalu melakukan kebaikan sebagai mana nasehat pak Tua. Perubahan yang dilakukan oleh pemuda tersebut direspon baik oleh masyarakat sehingga masyarakat berangsur-angsur tidak membenci si Pemuda bahkan berbalik bersikap baik kepada si Pemuda, merasakan perubahan yang terjadi maka si Pemuda semakin senang melakukan kebaikan dan tidak terasa semua paku yang tertancap di kusen pintu sudah habis tercabut dan bersih. Seiring dengan kebahagian yang dirasakan oleh si Pemuda atas perubahan yang terjadi, dia kembali menemui pak Tua. Dengan wajah berseri bahagia si Pemuda berujar “Pak semua paku sudah habis tercabut dan saya sangat bahagia karena semua masyarakat tidak membenci saya lagi bahkan cukup baik kepada saya”. “Anak muda ketahuilah kini engaku sudah tahu mana yang dinamakan setan dan mana malaikat, setan itu adalah wujud perlakuan jahat yang telah engkau perbuat dan malaikat itu adalah wujud perlakuan kebaikan yang telah engkau lakukan, sesungguhnya kembali fitrah itu adalah membawah hatimu sendiri ke jalan Allah dengan mengedepankan setiap tingkah dan perbuatan baik yang merupakan ciri-ciri insan kamil yang selalu mengedepankan akhlak mulia sebagai cerminan rasa ihsan didalam hati. Namun ingat anak muda sebaik-baiknya engkau memperbaiki kusen pintu rumahmu tidak akan mungkin sempurna lagi seperti semula, walaupun itu sudah engkau dempul dan dicat yang rapi tetap saja meninggalkan catat bekas tusukan paku yang telah engkau lakukan, begitupun hati semua orang yang telah engkau sakiti tetap saja membekasan rasa sakit yang tidak akan terhapus bersih walau berkali-kali kata maaf yang engkau mohonkan dan berkali pula kata “ku maafkan” dari mereka yang engaku terima, sekali hati sudah terluka akan tetap membekaskan luka, untuk itu anak muda jangan sekali-kali engkau menyakiti hati orang lain dengan perbuatan jahat mu, karena sesungguhnya yang akan menerima kejahatan itu sendiri adalah engkau sendiri.
Sekarang apa pelajaran yang dapat kita tarik dari cerita diatas. Sehubungan dengan fitrah yang kita bahas, maka untuk meraih fitrah itu salah satu jalannya adalah melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan seperti yang sudah dilakukan oleh si Pemudah. Jadi cukup sederhana tidak perluh kita berfikiran terlalu menjelimet bahwa kita harus sholat sampai kaki bengkak, harus lebih banyak dimasjid dari pada kerja, harus puasa setiap hari kecuali hari-hari haram, harus membaca Al-quran sampai mata minus. Kita semua tahu bahwa banyak orang beragama Islam tapi tidak mendapat iman, banyak orang sholat tapi tidak mendapat khusyuk, banyak orang berpuasa tapi tidak mendapat fitrah, banyak orang berhaji tapi tidak mendapat mabrur, sangat banyak orang lahir tapi belum tentu menjadi khalifah, sangat banyak sekali manusia tapi belum tentu insan kamil, banyak orang belajar tasyawuf belum tentu mendapatkan ihsan. Maka untuk meraih fitrah itu cukup dengan jalan mengalahkan setan didalam hati yang bernama fujuurahaa dan memenangkan malaikat didalam hati yang bernama taqwaahaa sebagai mana firman Allah “Fa alhamahaa fujuurahaa wa taqwaahaa, Qad aflaha manzakkaaha, wa qad khaaba man dassaahaa” Q.S Asy Syams 91:8-10 “Allah mengilhami sukma kejahatan dan kebaikan. Sesungguhnya bahagialah siapa yang mensucikannya. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Dengan jalan mengenal dan memahami nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Asma Allah dengan berguru kepada Rasullullah Muhammad SAW, maka Kemenangan berupa fitrah akan kita dapat yang akan berbuah Lapang dada, bersih hati, berbudi luhur, berakhlak mulia, dia akan bisa menjadi pemimpin sejati untuk diri sendiri serta orang lain. Menjadi bapak yang mencitai anak, menjadi suami yang sayang istri, menjadi anak yang berbakti, menjadi istri yang sayang dan patuh suami, menjadi pribadi yang disayangi orang lain dan kelompok, menjadi insan kamil khalifah Allah sejati yang menjadi rahmatan lil alamin.
Marilah kita masuk kedalam islam secara Kaffah lahir dan bhatin agar kita bisa mendapatkan keindahan, kedamaian, kesejahteran dalam islam yang bernama fitrah. Hal ini hanya bisa dilakukan apabila kita dapat menyatukan syariat dan hakikat, antara fiqih dan tasyawuf, yang berbuah ma’rifattullah dengan mengutamakan sukma kebaikan dan mengubur sukma kejahatan, apabila kita mengedepankan akhlaq dalam bertindak, apabila kita menjadikan iman dan taqwa sebagai landasan Ilmu. Marilah kita jadikan sifat-sifat Rasulullah dan nilai luhur Asmaulhusna yang melekat dalam diri dan hati kita sebagai landasan gerak kehidupan, yakinlah kita akan menjadi insan pilihan di tengah masyarakat, menjadi pemimpin yang dicintai oleh keluarganya, oleh sahabat-sahabatnya, oleh masyarakat dan oleh mereka yang dia pimpin, yang akan Menjadi Tempat Bertanya Dikala Tak Bisa. Menjadi Tempat Mengadu Dikala Sendu. Menjadi Tempat Bertimbang Dikala Bimbang. Menjadi Tempat Meminta Dikala Tak Punya. Menjadi Tempat Berlindung Dikala Lemah. Menjadi Tempat Berbagi Rasa Dikala Suka maupun Duka. Menjadi Penjaga Penjara Bagi Yang Bersalah. Menjadi Piala Bagi Yang Berjaya.aPesan saya untuk kita semua baik menjadi orang penting tapi lebih penting menjadi orang baik. (Gusnan Mulyadi ; Penulis Alumi FE. UNIB)

1 komentar:

  1. saran Dang, kalau bisa, latar tulisan berwarna putih, agar nyaman dibaca.

    BalasHapus