Minggu, 15 Maret 2009

PENERUS TAHTA BENGKULU SELATAN DAN BIBIT JAGUNG



Hari
demi hari bergulir dengan pasti tinggal hitungan jam lagi Bupati dan Wakil Bupati Bengkulu Selatan akan meletakan jabatannya. Kita harus berani jujur menilai bahwa cukup banyak keberhasilan yang dicapai oleh Bupati dan Wakil Bupati Fauzan Jamil dan Jani Hairin, walau secara jujurpun seharusnya beliau-beliau ini harus berlapang dada bila dikritik bahwa masih ada kekurangan disana-sini, menurut saya ini wajar sebagai manusia pasti ada lebih dan kurangnya, nilai sebuah keberhasilan seorang pemimpin bukanlah pemimpin itu yang menilai, melainkan rakyat yang dipimpinnyalah yang menilai, menurut rakyat berhasil maka berhasilah dia dan sebaliknya bila kata masyarakat gagal maka sesungguhnya itu pasti gagal. Sampai saat ini rakyat Bengkulu Selatan baik yang ada di Bengkulu Selatan maupun yang dirantau semuanya dibebani beberapa pertanyaan besar “Apa yang akan terjadi dengan pemindahan kekuasaan ini ?. Akankah ini berjalan dengan diiringi oleh tarian perpisahan dan dilepas dengan senyum kebahagian atau ini akan diiringi oleh teriakan kemarahan dan tangisan kekecewaan, (jujur saya sendiri bingung).

Kita semua berharap semuanya berjalan dengan baik. Kita harus sadar bahwa roda ini harus tetap berputar kedepan jangan mundur kebelakang, apapun yang terjadi skenario Tuhan pasti tetap berjalan, yang jelas Bengkulu Selatan harus tetap punya pemimpin siapapun itu. Doa saya dan para pendukung Dirha semoga pengakuan rakyat yang telah memilih Dirha menjadi Bupati dan Wakil Bupati terpilih bisa menjadi pengakuan Hukum dengan SK pelantikan dari Pemerintah dan Dirha yang dilantik, amin. Seandainyapun itu tidak dan tongkat kekuasaan jatuh kepada caretaker, itupun silahkan saja. Sekali lagi, the show must go on. Namun ada yang paling penting kita pertanyakan, bukan siapa yang berkuasa dan menjadi pemimpin, tapi BAGAIMANA DIA MEMIMPIN ?, sekali lagi inilah yang paling penting. Akankah pemimpin kita ini, kedepan bisa memenuhi keinginan masyarakat ?. Akankah kita dapat pemimpin yang adil, jujur dan bijaksana ?. Akan test CPNS akan transfaran?, akankah jabatan tidak dijual?, akankah pupuk tersediah?, akankah listrik bisa normal?, akankah keluarganya tidak serakah? bisakah membaur dengan rakyat ?, bisakah turut merasakan penderitaan rakyat?. Inilah yang patut kita cemaskan dan pertanyakan, jadi bagi saya bukan soal siapa yang memimpin tapi yang penting “BAGAIMANA DIA MEMIMPIN ?”. Sehubungan dengan perpindahan kekuasaan ini saya teringat dengan sebuah cerita.

Alkisah di sebuah kerajaan karena raja tidak mempunyai putera Mahkota penerus kerajaan, maka raja menganggap perlu mencari dan memilih calon penggantinya, untuk itu dibuatlah sayembara keseluruh penjuru negeri agar terseleksi per daerah, hingga ujian terakhir yang akan ditentukan oleh Raja sendiri. Pada babak akhir tersisalah sepuluh orang yang memiliki kepandai setara dan lulus seleksi (Adm dan Kesehatan juga lulus loh!). Di ibukota kerajaan mereka harus menjalani test terakhir oleh sang Raja sendiri. Raja dengan seksama menseleksi mereka satu per satu. Dihadapan mereka raja berpesan “anak-anakku sekalian tugas sebagai abdi negara bukanlah hal yang muda, itu adalah amanah yang harus diemban dengan tanggung jawab penuh, kalian bersepuluh terpilih sebagai calon yang terbaik, nah ! sebagai test terakhir, ini saya beri kalian 5 butir bibit tanaman (jagung), tanam dan rawatlah seperti engkau nantinya harus memelihara kerjaan dan merawat rakyat negeri ini, pulanglah dan datanglah kemari dua minggu kemudian berserta hasil tanaman bibit yang kamu bawa ini. Dua minggu kemudian sepuluh pemuda dengan bangga memperlihatkan tanaman yang mulai tumbuh bertunas, tiba giliran pemuda yang kesepuluh dengan wajah malu dan kepala tertunduk sambil melihat kepada pot yang dia bawahnya dia berujar “ampun baginda, maafkan hamba, biji yang baginda berikan sudah saya tanam, saya rawat dengan hati-hati tapi hingga hari ini bibit ini tidak mau tumbuh seperti yang diharapkan, saya sudah gagal menjalankan perintah baginda, saya tidak mengerti dimana kesalahan saya, tapi setidaknya saya telah berupaya maksimal, saya serahkan semua keputusan di tangan baginda “. Terlihat senyum penuh kepuasan baginda raja, kemudian disusul dengan tawa yang terbahak-bahak ha-ha-ha, semua yang hadir disitu saling berpandangan heran melihat prilaku raja seperti itu, lalu baginda menepuk pundak si pemuda, dan berkata “trima kasih anak muda, baginda senang, bahagia dan puas ternyata harapanku tidak sia-sia masih ada pemuda calon pemimpin bangsa diantara seluruh rakyat negeri ini” sambil berpaling kepada semuanya, raja melanjutkan “dengar baik-baik, pemuda ini telah memenuhi harapan terakhirku, dia pemuda yang jujur, calon pemimpin kerajaan ini dimasa depan, memang tanamannya tidak tumbuh sepertinya dia gagal, tetapi sebenarnya biji jagung yang aku berikan kepada semua peserta sudah aku rebus terlebih dahulu, jadi tidak mungkin ia tumbuh tunas walaupun dirawat sebaik apapun karena biji itu telah mati, aku kecewa sekali saat melihat tumbuhnya tunas yang dibawah anak-anak muda ini, hai ! kalian sembilan pemuda tidak jujur, kalian pantas dihukum karena sudah berani menipu baginda”, segera ke sembilan itu berlutut memohon ampun, namun baginda raja langsung memerintahkan menangkap dan menghukum berat kesembilan pemuda. Sungguh tragis nasib mereka, ambisi mereka untuk mendapat jabatan tersandung karena ketidak jujuran.

Kejujuran ada modal dasar yang harus kita miliki,kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana, walaupun kita tidak bergelimang harta namun yakinlah hidup kita akan aman, damai dan jauh dari rasa was-was, takut dan cemas. Namun kita heran masih saja banyak sekali orang yang tidak berani jujur ini, apalagi dalam persaingan perebutan kekuasaan seperti cerita tadi. Demikian juga dengan pilkada lalu dan menghadapi pemilu saat ini, sangat banyak sekali orang yang menggunakan cara-cara kotor. Mulai dari rekayasa ini rekayasa itu, beli suara dan lain-lain. Tapi yakinlah semua itu tidak akan menghasilkan yang terbaik. Kita dapat bayangkan kalau untuk mendapatkan jabatan saja dia sudah melakukan ketidakjujuran, maka pasti dalam memimpin dia akan lebih tidak jujur lagi. Kita berharap pemimpin Bengkulu Selatan Paska Fauzan Jamil – Jani Hairin ini adalah manusia yang berani jujur terutama kepada dirinya sendiri, tidak peduli siapapun itu.

Memang nilai suatu kejujuran pada awalnya sering tidak terlihat bahkan tidak jarang menjadi cemooan dan bahan tertawaan, sementara trik, strategi siasat sering sekali memukau dan mempesona setiap orang, bahkan tidak sedikit orang yang memuja dan berdecak kagum dengan beberapa strategi dan siasat yang dibuat orang (misalnya menghamburkan harta untuk beli suara, hehehe ini hanya misal loh jangan tersingung, kalau tersinggung berarti ya kan ?), sehingga semua orang tergoda untuk membuat trik dan strategi bahkan siasat licik untuk mencapai tujuan daripada tetap teguh dengan kejujuran. Namun dimanapun itu, kapanpun itu selalu saja Si jujur mendapat kemenangan yang berakhir kebahagian, sementara yang menggunakan trik dan siasat busuk dan jahat selalu menerima ganjarannya yang setimpal (seperti cerita diatas).

Kepada
Bapak Fauzan Jamil dan Bapak Jani Hairin saya selaku rakyat Bengkulu Selatan mengucapkan terima kasih atas jasa yang telah Bapak-Bapak tanamkan di Bengkulu Selatan dan sumbangsih tenaga dan fikiran Bapak masih sangat dibutuhkan oleh negeri ini dan siapapun yang memimpin Bengkulu Selatan kedepan saya ucapkan selamat semoga selalu dalam rahmat dan ridho Allah sehingga dapat menjalankan tugas berat ini dengan mengedepankan hati nurani untuk kepentingan rakyat, amin. (gusnan mulyadi /Alumni FE-UNIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar